Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Realisasi Nilai Tasawuf Dalam Pembangunan Peradaban Dunia

Monday, September 27, 2021 | 6:59 AM WIB Last Updated 2021-10-14T11:35:02Z

Oleh : Denmas Amirul Haq 

Kader  PMII Rayon Tabassam 

Komisariat Wahab Hasbulloh

Islam adalah agama samawi yang menyempurnakan agama-agama terdahulu. Islam  memiliki visi besar yaitu sebagai agama rahmatan lil’alamin, agama yang menebarkan kasih sayang dimuka bumi. selain itu, misi mulia diutusnya Nabi Muhammad Saw di muka bumi adalah li-utammima makarimal akhlaq, menyempurnakan moral umat manusia. Nilai-nilai yang terkandung dalam visi dan misi besar Islam tersebut harus dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata sehingga dapat membangun peradaban dunia yang adil dan jujur.

Dalam hal ini, para sufi sejak awal kemunculanya hingga abad kontemporer sangat konsisten dalam praktek keagamaannya yang menampilkan wajah Islam rahmatan lil’alamin bukan fitnatan lil-‘alamin. Rahmat dalam bahasa arab memiliki arti belas kasih atau welas asih. Kasih sayang atau sikap welas asih merupakan nilai dasar humanisme yang menjadi piranti penting untuk membangun peradaban manusia, sebab praktek agama islam jika tidak didasari dengan nilai kasih sayang dapat melahirkan sikap esktrimisme dan radikalisme yang menggunakan kekerasan. Hal ini dapat mengotori wajah islam yang cinta damai berubah menjadi fitnatan lil’alamin. Kasih sayang sebagai relegion values harus disebarkan sebagai nilai moral yang dapat membentuk sosok pribadi berakhlaq mulia dan bermartabat yang mampu membangun peradaban dunia yang damai.

Dalam rangka membangun perdamaian dunia, para sufi dalam prinsip keagamaanya berpegang teguh pada nilai-nilai eksoterik dan esoterik. Keduanya menjadi pilar penting dalam agama islam. Eksoterik yang menjadi aspek formal dikenal sebagai syariah dzahiriyah, sedangkan eksoterik sebagai aspek subtansi dikenal sebagai syariah batiniyah. Para sufi dam ahli tarekat menjadikan dua sisi eksoterik dan esoterik sebagai pijakan utama dalam praktek keagamaannya sehingga dapat melahirkan prilaku yang terpuji (ahlaq mahmudah) dan membuang prilaku yang tidak bermoral (ahlaq madzmumah). Nilai dasar kemanusiaan sudah tercerabut digantikan dengan sikap hayawanat (kebinatangan) yang serakah dan tamak. Sikap hayawanat jika dibiarkan berkembang dalam diri manusia dapat melahirkan sikap saling fitnah, dendam, memusuhi, membenci dan membunuh. Hal ini sebagai pemicu utama terjadinya konflik agama dan konflik politik didunia. 

Selain itu, para sufi juga mengutuk keras prilaku korupsi dan kolusi yangs ecara nyata membawa dampak negatif menyengsarakan rakyat dan merugikan negara. Munculnya prilaku koruptif pada seseorang sebagai akibat dari dominasi nafsu-nafsu tercela dalam jiwanya. Prilaku koruptif merupakan ahlaq tercela yang harus dijauhi karena dapat menggelapkan jiwa dan mata hati. Jika para pejabat pemegang amanat rakyat dari level terendah hingga level tertinggi dapat memahami dan merealisasikan nilai-nilai universal tasawuf dalam kehidupan sehari-hari niscaya impian clean government (pemerintah yang bersih) menjadi nyata.

Maka dalam membangun perdamaian dunia para sufi telah menjadikan sikap-sikap tercela sebagai musuh bersama yang harus dikikis dari dalam diri setiap manusia, sehinga diharapkan dapat melahirkan sikap yang terpuji dan mulia. Dalam hal ini, para sufi menggunakan teori takhalli, tahalli dan tajalli. Jika hal ini dapat dilakukan mulai dari pimpinan tertinggi negara hingga rakyat jelata, maka impian mebangun perdamaian dunia akan teralisasi secara nyata dengan demikian, dapat dipahami bahwa nilai-nilai universal tasawuf memiliki relevansi sepanjang masa dalam membangun pribadi berakhlaq mulia. Nilai-nilai ini menjadi fondasi utama dalam mebangun moral bangsa dan menciptakan perdamaian dunia. 

Sebaliknya, jika praktek agama islam hanya menekankan aspek eksoterik atau fiqih semata, dapat melahirkan sikap puritan atau ektrimis yang menggunakan violence approach (pendekatan kekerasan). Hal ini sebagai akibat dari memahami agama secara parcial dan tekstual yaitu sebatas formal atau hitam putih begitu juga, jika memahami islam menggunakan pendekatan rasional semata dapat melahirkan pemikiran liberal yang kebablasan dalam memahami islam. Terkait dua sikap keagamaan yang paradok antara radikalisme dan liberalisme maka sikap para sufi berada dijalan tengah sebagai ummatan washatan yaitu umat yang moderat yang memahami islam secara konfrehensif. 

Dalam rangaka membangun peradaban dunia para sufi diseluruh belahan dunia telah menyebarkan dan mengajarkan nilai-nilai moral agama yang didasari sikap saling menyayangi dan menghormati baik sesama muslim maupun sesama umat manusia para sufi berada pada garda terdepan dalam menyebarkan wajah agama yang penuh cinta damai dan kasih sayang fakta sejarah telah membuktikan bahwa para sufi sebagai agent utama islamisasi memiliki peranan penting dalam menyebarkan islam baik diseluruh dunia maupun di Nusantara dalam sejarah masuknya islam di Nusantara dimulai sejak abad ke 13 M dibawa oleh para sufi. Para sufi menggunakan pendekatan humanis dan kultural sebagai realisasi metode dakwah bil-hikmah wa l mauidhatil hasanah. Sehingga islam secara mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat mulai dari lapisan wong cilik hinnga ningrat, akhirnya islam berhasil menyebar diseluruh nusantara secara damai tanpa melalui pendekatan kekerasan dan peperangan. 

Sikap para sufi yang menjunjung tinggi cinta damai dan kaish sayang didasarkan pada hadist Nabi Muhammad SAW.,”takhalaqu bi-akhlaqi llah” artinya berakhlaqlah dengan akhlaq Allah sebagaimana yang tersurat dalam basmallah adalah al-rahman artinya pengasih dan al-rahim artinya penyayang. Kedua sikap Allah tersebut telah dirasakan oleh semua mahluk. Sifat al-rahman telah ditebarkan dimuka bumi tanpa melihat batasan ras, suku, agama dan negara. Sebab setiap manusia yang lahir dimuka bumi secara fitrah telah dibekali sifat kasih sayang. Sikap kasih sayang yang terkandung dalam al-rahman tidak saja dipahami sebagai sifat tuhan yang teosentris, melainkan harus menjadi nilai nilai moral yang membumi (antroposentris). Jika sikap kaish sayang yang menjadi sifat tuhan disebarkan dimuka bumi niscaya akan tercipta perdamaian dunia yang haqiqi. 

×
Berita Terbaru Update