Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Asal Usul Bencana Alam Dan Keterlibatan Masyarakat Desa Didalamnya

Tuesday, May 25, 2021 | 7:34 AM WIB Last Updated 2021-10-14T11:37:01Z

 

Oleh : Rahmat 

(Ketua Rayon PMII Rayon FEBI Komisariat UIN Alauddin Makassar Cabang Makassar)

Secara teoritis bencana alam terjadi karena 3 sebab, sebab alam sendiri, sebab manusia, dan sebab campuran atau prosesi alam yang diolah oleh manusia menjadi bencana. Dalam artian sebab dari bencana yang terjadi setidaknya melibatkan peran manusia didalamnya, sebab itu dapat kita nilai dari perlakuan manusia terhadap lingkungan hidupnya sendiri yang menjadi sumber keberlangsungan hidup secara berkelanjutan. Perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup erat kaitannya dengan penggunaan kebutuhan hidup manusia itu sendiri, seperti hutan yang mampu memberikan sumber makanan, air untuk melepas dahaga dan sebagai sumber mineral bagi tubuh, laut sebagai sumber protein, dan banyak sumber kehidupan lainnya. Pada dasarnya sumber daya alam tercipta untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia agar dapat melanjutkan hidupnya dan hidup keturunannya, dengan artian alam merupakan hak milik bersama umat manusia. Dan semua itu telah diatur dalam kitab suci agama-agama, peraturan internasional, peraturan perundang-undangan, dan aturan lainnya berikut dengan segala syarat dan aturan mengikat terkait penggunaannya.

Dikarenakan sumber daya alam menjadi sumber kehidupan manusia, maka dari itu peruntukannya dibagi secara adil dan merata, serta penggunaannya yang harus digunakan secara efektif dan efisien dalam menjaga keberlangsungan penggunaannya. Ketika membicarakan persoalan penggunaan sumber daya alam oleh manusia, disitu pula berbagai problema hadir untuk dibicarakan dan didiskusikan, seperti pembahasan diawal bahwa bencana alam tidak terlepas dari peran manusia dalam menggunakan dan menjaga sumber daya alamnya. Dimana, interaksi antara manusia dan alam semesta kerap kali menimbulkan ketimpangan penggunaan dengan berujung pada terjadinya bencana alam. Tentu persoalan ini harus diretas demi terciptanya keberlangsungan hidup manusia secara menyeluruh dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan setidaknya mencegah terjadi prosesi bencana alam.

Lahirnya Budaya Baru Ditengah Masyarakat Desa

Masyarakat desa pada dasarnya memiliki budaya yang kuat dan melekat dalam diri setiap individunya karena dianggap sebagai identitas sakral.  Budaya tersebut dianggap sebagai sesuatu berharga dari apapun karena melibatkan harga diri seseorang sehingga dijunjung tinggi keberadaannya, buadaya yang dimaksudkan ialah semangat kekeluargaan dan komitmen tinggi menjaga lingkungan sekitarnya. Alam dianggap sakral sehingga patut dijaga kelestarian dan keberadaannya dimuka bumi, semisal mitos-mitos tentang keberadaan makhluk ghaib disuatu tempat tertentu dalam hal ini hutan. Penggunaan hasil alam pun tidak melulu dinilai dengan rupiah, kebanyakan dinilai sebagai komoditas yang perlu dibagikan kepada mereka membutuhkan walaupun tidak ditukarkan dengan rupiah, semua itu terjadi karena rasa kekeluargaan diantara masyarakat desa yang melekat. Tapi itu hanya cerita masa lalu sebelum budaya kapitalisme sebagai budaya baru, merengsek masuk dalam masyarakat desa bersamaan dengan rezim pembangunan yang kerap mengabaikan kearifan lokal, terutama persoalan lingkungan.

Implikasi tersebut dapat kita lihat dan amati dari perilaku masyarakat yang lebih gemar membangun rumah megah daripada menyantuni masyarakat sekitar yang kesusahan serta mengabaikan kelestarian lingkungan. Walaupun secara manusiawi, pembangunan merupakan kebutuhan mendesak bagi manusia termasuk pembangunan rumah. Sayangnya, kekeliruan itu merengsek secara mendalam dalam pola pikir masyarakat, membangun rumah adalah wujud untuk memperkuat perlindungan terhadap diri sendiri dan anggota keluarga. Akan tetapi, ketika membangun rumah dengan merusak lingkungan, semisal menutup aliran sungai atau memperkecil alirannya justru mengundang ancaman baru yang lebih berbahaya yaitu bencana alam seperti banjir dan bencana lainnya. Penggunaan lingkungan seperti tanah tidak boleh serta merta menghilangkan hak atas alam karena kita hidup dan besar atas sumbangsih alam.

Dari Kerusakan Lingkungan Menuju Kesulitan Hidup

Desa selalu dijadikan sebagai penopang hidup kota karena kemampuan desa dalam memproduksi kebutuhan masyarakat kota, akan tetapi jauh lebih spesifik adalah desa mampu menciptakan lingkungan sehat bagi bumi ini sehingga setidaknya mengurangi dampak dari kerusakan lingkungan hidup yang dikerjakan masyarakat kota. Desa yang pada awalnya diharap mampu menjadi tonggak hidup masyarakat dunia secara menyeluruh kini berangsur-angsur mengambil bagian dalam merusak stabilitas lingkungan hidup, lebih spesifik merusak keberlangsungan hidup manusia dengan jalan merusak komunitas pepohonan hutan, mengambil alih pemukiman air mengalir, dan lain sebagainya. Implikasi-implikasi dari kerusakan lingkungan yang diciptakan oleh masyarakat desa tentu akan berdampak pada masyarakat desa itu sendiri bahkan berpengaruh pada seluruh spesies makhluk dimuka bumi.

Kondisi bencana alam hari ini yang rajin datang mendatangi muka bumi perlu dimaknai lebih mendalam bahwa ternyata kita pun menjadi bagian dari bencana alam yang rutin mendatangi. Setiap bencana alam tersebut turut serta membawa kerugian besar bagi kehidupan manusia baik secara ekonomi maupun secara sosial, secara langsung dan tidak langsung. Maka dari itu kenapa tidak kita melakukan tindakan pencegahan dengan merawat lingkungan hidup daripada memanen keuntungan yang nantinya akan digunakan untuk menutup kerugian dari bencana alam yang terjadi, termasuk kerugian yang berada diluar dari diri kita sendiri. Tidak selamanya banjir itu terlahir dari curah hujan yang intens, tetapi bisa jadi perilaku kita sendiri yang mengundang banjir hadir.


Rahmat 

(Ketua Rayon PMII Rayon FEBI Komisariat UIN Alauddin Makassar Cabang Makassar)

×
Berita Terbaru Update