Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau yang disebut-sebut PMII merupakan organisasi nasional kemahasiswaan ternama di tanah air. Organisasi yang sudah berumur lebih dari setengah abad berkiprah ini tentunya memiliki pretasi-prestasi menonjol di ruang publik dan juga capaian-capaiannya yang tidak begitu menonjol dalam artian prestasi yang hanya menjadi konsumsi di daerah-daerah hingga ke lini terendah yaitu di desa-desa. Terlepas dari itu semua bahwa PMII diakui keberadaanya dan perannya dalam memajukan negara Indonesia dari beragam lini dan sektor.
Tulisan ini ditulis tidak untuk membicarakan prestasi-prestasi kader-kader PMII baik diranah nasional maupun manca negara yang sudah tidak diragukan lagi, tetapi tulisan ini semata-mata untuk membicarakan PMII dari sudut pandang berbeda dari yang biasanya dengan tujuan untuk memprovokasi dan mempahamkan warga pergerakan bahwa PMII tidak semonoton kaderisasi, webinar serta diskusi dan lain-lain sejenisnya yang dianggap semakna. Ada hal-hal unik hingga nyentrik bahkan lucu yang ditemukan oleh kader-kader aktif di PMII akan tetapi lain cerita apabila kader yang tidak aktif atau bahasa lainnya pasif di PMII.
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang bersanadkan langsung ke Nahdlatul Ulama dan termasuk salah satu banom Nahdlatul Ulama merupakan organisasi yang didominasi oleh orang-orang NU tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa orang-orang Muhammadiyah juga ada didalamnya dan berproses. Banyak kegiatan-kegiatan sampai budaya-budaya di PMII yang diadopsi dari kegiatan dan budaya Nahdlatul Ulama. Terlepas dari kegiatan maupun budaya yang diadopsi PMII dari Nahdlatul Ulama begitu juga dengan istilah-istilah yang ada di Nahdlatul Ulama yang tak jarang juga dipakai di PMII. Walaupun demikian, bukan berarti PMII tidak punya budaya tersendiri dan PMII sudah tentu punya ciri khas tersendiri yang membedakannya dari organisasi-organisasi lain yang menjadikannya organisasi islam terbesar se Nusantara.
Sebagian besar kader PMII yang hari-harinya tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan dan bergumul dengan dinamika serta retorika senior, sudah pasti banyak hal berkesan sampai hal lucu yang ditemukan dan dirasakan. Mulai dari budaya yang sejatinya sakral namun ketika diimplementasikan oleh kader PMII tersebut menjadi beralih fungsi dan berubah maknanya hingga adanya penyematan gelar non akademik kepada senior yang tidak membutuhkan validasi sama sekali. Perlu untuk diketahui bahwa hal semacam itu menjadi wajar terjadi di lingkungan PMII atau juga mungkin di lingkungan setiap organisasi-organisasi yang melibatkan banyak orang dengan kreativitas yang beragam.
Ragam istilah mengandung makna yang kocak dalam pengaplikasiannya oleh sederet kader-kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, mulai dari setingkat rayon sampai pengurus besar PMII. Diantara istilah kocak tersebut adalah :
1. Sowan atau Budaya Sowan
Istilah sowan di lingkungan PMII dan khususnya di lingkungan Nahdlatul Ulama bukanlah merupakan satu istilah yang tabu. Sowan merupakan istilah yang familiar dikalangan warga pergerakan dan warga nahdliyin tentunya. Mungkin istilah sowan ini juga ada dan terdapat pada organisasi-organisasi yang lain dengan nama atau istilah yang berbeda namun bermakna sama.
Merujuk kita pada internet bahwa sowan sendiri memiliki makna atau diartikan sebagai kegiatan mengunjungi rumah kyai dan semacamnya. Istilah sowan yang identik sekali dengan nadhlatul ulama ini karena didalamnya terdapat para kyai-kyai. Istilah sowan yang diadopsi oleh warga pergerakan ini dimaknai dengan mengunjungi atau mendatangi rumah senior.
Sowan terhadap senior merupakan satu tindakan terpuji yang sudah semestinya dibudayakan untuk merawat komunikasi yang baik antara senior dengan junior di dalam satu wadah perkumpulan yang dalam hal ini adalah organisasi PMII. Tujuan sowan sesungguhnya amatlah mulia yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menjalin dan merawat silaturrahmi antara senior dan juniornya. Namun, berbanding terbalik dengan apa yang terjadi dilapangan alias berbanding terbalik dengan implementasinya.
Secara terang-terangan bahwa beberapa oknum atau kader PMII masa kini banyak yang mendefisinikan sendiri makna sowan. Tampak jelas bahwa sowan di lingkungan pergerakan maknanya adalah perjumpaan junior dengan sahabat senior untuk membicarakan dana atau angka-angka yang kemudian disertakan dengan proposal kegiatan tertentu (hehehe).
Untuk lebih jelasnya dibahasakan bahwa makna sowan di lingkungan pergerakan tidak lain dan tidak bukan adalah silaturrahmi sekaligus mengesek kantong sahabat senior dengan dalil mau mengikuti dan melanjutkan jenjang kaderisasi, atau kata lainnya lagi adalah minta arahan sahabat senior yang berujung pada kalkulasi biaya transpot pulang pergi yang sudah termasuk biaya makan serta penginapan.
Terlepas dari apapun makna sowan yang didefinisikan oleh kader-kader PMII yang tak jarang menggelitik dan mengundang gelak tawa sahabat senior bahwasanya tidak lain adalah merupakan keunikan setiap kader dalam hal membangun dan merawat silaturrahminya dengan sahabat seniornya. Maka dari itu, sudah selumrah-lumrahnya bahwa seorang sahabat senior untuk tidak jengkel atas kelakuan junior yang seperti itu karena di dalam rezeki sahabat senior tidak terlepas dari doa junior. (hehehe)
2. Ngopi Bareng Senior
Istilah ngopi di lingkungan pergerakan dimaknai dengan diskusi yang tergolong dari beberapa kalangan kader, mulai dari yang kader baru, yang sudah lama bahkan yang sudah kader expired. Sudah menjadi suatu kegiatan yang sangat wajar apabila seseorang yang baru kader dipanggil atau diundang untuk ngopi alias berdiskusi dengan senior dan membicarakan seputar PMII maupun membicarakan yang tidak ada hubungannya dengan PMII sama sekali.
Undangan ngopi tidak hanya dilayangkan terus menerus kepada kader-kader baru dengan tujuan untuk diasah kembali pengetahuannya mengenai PMII atau ditanamkan dan dikokohkan kembali pengetahuannya mengenai nilai-nilai yang terkandung didalam PMII, akan tetapi undangan ngopi juga tak jarang diterima oleh kader-kader yang dianggap potensial untuk menduduki tangga estafet kepemimpinan berikutnya. Dengan kata lain undangan ngopi diterima oleh kader yang dianggap siap oleh salah seorang senior menjadi ketua berikutnya atau pengganti dirinya.
Dengan dalih ngopi alias diskusi, beberapa kader potensial dipanggil senior untuk membicarakan kesepakatan yang kemudian disusul dengan menggambar peta politik suara yang harus dicapai dan deretan iming-iming kepuasan serta kekuasan dalam jabatan (hehehe).
Kader-kader potensial diundang ngopi oleh senior, disuruh menyeruput kopi sambil menelan iming-iming demi iming-iming agar satu dan lain hal tercapai dengan catatan sama-sama diuntungkan dan ini biasanya terjadi pada masa atau tahun politik berakhirnya masa jabatan seorang ketua.
Terlepas dari apapun makna ngopi bareng senior ini, tidak lain merupakan salah satu cara penjaringan seorang kader yang dilakukan oleh seorang senior untuk menyeleksi kader-kader dengan ragam keahlian untuk melanjutkan estafet kepemimpinan. Maka dari itu, jangan jengkel mendengarkan aneka pidato-pidato senior ketika sedang ngopi karena sejatinya disana terdapat ilmu yang berwujud pengalaman yang disajikan dalam bentuk retorika yang terkadang memang berkepanjangan dan itu-itu saja (hehehe).
Membicarakan PMII memang tidak ada bosan dan habisnya. Membicarakan PMII berarti membicarakan deretan tingkah nyentrik, dinamika, retorika, ciri khas kader-kadernya dan tidak lupa juga tentunya kekonyolan dan prestasi-prestasi kader-kader PMII.
Membicarakan tingkah-tingkah konyol dan lucu kader-kader PMII dalam pergulatan berorganisasi mestinya memang harus sering digaungkan dan diulang-ulang dalam setiap perdiskusian yang dilakukan oleh kader dengan tujuan mengedukasi kader PMII terkhusus kader baru bahwa ternyata di PMII tidak semenoton berkegiatan formal yang awali dengan menyanyikan mars kebanggaan. Namun di PMII juga ditemukan fase-fase untuk melucu namun tidak berlebihan atau part-part lucu namun mengandung makna yang positif karena ber-PMII memang se-asyik itu.
Penulis: M. Siregar., SH (Kader PMII Cabang PSP-TAPSEL)
Editor: Titis Khoiriyatus Sholihah