Oleh: Agus Junaidi (Rayon Al-Fatah Universitas Trunojoyo Madura)
Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan salah satu organisasi yang sangat
besar di Indonesia. Namun, sangat disayangkan
apabila organisasi kemahasiswaan sebesar PMII tidak memiliki manifesto yang
jelas dalam mempertimbangkan dalam perkembangan zaman khususnya perkembangan
revolusi industri. Oleh karena itu,
manifesto yang jelas dibutuhkan agar tidak menyia-nyiakan
potensi dari anggota/kader PMII di tengah tantangan revolusi industri 4.0.
Manifesto yang bagus adalah manifesto yang berkelanjutan. Berkelanjutan di sini
maksudnya adalah mampu berjalan dengan baik, tidak berhenti di tengah jalan, dan memiliki dampak positif yang berkelanjutan.
Untuk
mewujudkan manifesto yang berkelanjutan, seluruh bagian PMII harus saling
bekerja sama satu sama lain. Selain untuk menjaga silaturahmi, juga menjaga kestabilan
berjalannya manifesto yang berkelanjutan. Penulis menuliskan tiga poin penting
manifesto arah gerakan masa depan PMII: yaitu produktif, inofatif, dan kolaboratif. Tiga hal ini nantinya mampu
mewujudkan manifesto yang berkelanjutan dan saling berhubungan.
Yang
pertama adalah produktif. Terlalu kuno untuk memikirkan apa yang kita peroleh
dari PMII, jika kita sudah menjadi anggota, kader apalagi pengurus maka buang
jauh-jauh pikiran tersebut. Bukan tentang apa yang kita peroleh tapi tentang
apa yang kita berikan. PMII membutuhkan kita untuk menjadi anggota/kader yang
produktif. Artinya kita memiliki bentuk nyata berupa karya yang kita berikan.
Kajian atau diskusi satu dua jam bahkan semalaman akan hanya berhenti sebagai
ilmu pengetahuan saja apabila kita tidak menghasilkan karya. Pengembangan minat
dan bakat anggota/kader PMII harus lebih diasah lagi, kaderisasi harus lebih dioptimalkan
lagi.
Siapa
pun itu akan mati tidak dikenal dan tidak dikenang jika tidak memberikan karya.
Memang
seharusnya ini bukanlah masalah, tapi dengan adanya
revolusi industri, para warga pergerakan harus membuka
pikiran bahwa ini adalah peluang besar. Era industri 4.0 perlahan-lahan
mendorong penggunaan artificial
intelligence untuk menggantikan tenaga manusia serta perkembangan internet of thing yang membuat segala
informasi mengalir dengan mudah. Digitalisasi dalam revolusi industri 4.0 bisa
dimanfaatkan untuk mengenalkan karya-karya warga pergerakan pada dunia.
Yang
kedua adalah inofatif. Inovatif yang dimaksud adalah manjadikan anggota/kader yang mampu beradaptasi dengan
perkembangan zaman dan memanfaatkanya dengan inovasi yang sejalan dengan kemampuan
anggota/kader PMII. Tujuannya adalah supaya anggota/kader PMII tidak
ditenggelam oleh zaman namun mampu berselancar di atas perkembangan zaman yang
selalu maju. Inovatif di sini juga mampu menjadikkan PMII menjadi pengawal
rovolusi industry 4.0 dan membantu masyarakat awam untuk juga beradaptasi
dengan perkembangan zaman.
Contohnya
seperti jualan online atau online shop yang jauh lebih memudahkan
penjual tanpa harus mencari lahan untuk membuka toko dan memudahkan pembeli
tanpa harus mengantri, tukang becak yang mengalami penurunan pelanggan sejak
adanya ojek online, pintu masuk dan
keluar tol sudah tidak lagi membutuhkan banyak karyawan sehingga menambah angka
pengangguran yang ada. Contoh itu menunjukkan betapa pentingnya beradaptasi
dengan zaman. Beradaptasi saja masih belum cukup, PMII juga harus bisa menjadi organisasi yang mampu memberikan perubahan
dengan inovasi-inovasi kreatif. Menjadi sedikit lebih baik tidak akan membuat
kita terlihat namun menjadi lebih beda dengan hal-hal yang yang baru bisa
membuat kita dilihat lebih.
Yang
terakhir adalah kolaboratif. Konflik harus bisa diminimalisasi dengan baik oleh anggota/kader PMII. Hal ini
dibutuhkan untuk menjalin kerja sama dengan organisasi lain baik intra kampus
maupun ekstra kampus bahkan juga harus mampu bekerja sama dengan
istansi-istansi pemerintah dan pengusaha. Ini penting untuk belajar dari
bagaaimana mereka berproses serta memudahkan kita untuk menemukan ide-ide baru
juga memudahkan kita menyebarkan ajaran ahlussunnah wal jama’ah dan juga mampu
mengenalkan tujuan PMII itu sendiri; terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang
bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu cakap dan bertanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangka cita-cita kemerdekaan.
Tanpa kolaborasi dengan organisasi atau istansi lain
kita akan kesulitan untuk melakukannya dan hanya memiliki ruang lingkup yang
sempit.
Ketiga
poin ini saling berhubungan satu sama lain dan bersifat berkelanjutan. Untuk
menjadi produktif kita membutuhkan ide-ide yang inofatif, supaya karya lebih
dikenal oleh banyak orang maka kita
harus berkolaborasi dengan pihak yang lain. Ketertarikan minat istansi
pemerintah, para investor dan juga oragnisasi lainnya itu bergantung dengan apa
yang kita hasilkan. Karya dari anggota/kader manjadi nilai tukar yang bagus
untuk membuat mereka melirik kita untuk menjalin kerja sama. Tentunya dengan
menjadi anggota/kader yang invatif,produktif
dan kolaboratif akan menjawab tantangan
zaman yang kian tahun menambah angka pengangguran. Beberapa pekerjaan konvensional akan menghilang, seharusnya kita sebagai kader pergerakan bisa
berpikir jauh ke depan untuk melakukan gerakan mengawal revolusi industri 4.0.
Dalam
beradaptasi dengan perubahan zaman yang ada, dunia digital memiliki peran penting.
Para pelajar mau tidak mau harus terbiasa dengan transisi ini. Para pelajar
harus belajar mengikuti kegiatan-kegiatan secara online supaya terbiasa dan tidak kaget dengan perubahan yang akan
datang. Mengikuti lomba secara online,
mengikuti pelatihan online, mengikuti
webinar dan hal-hal lain yang berbau online bahkan dari segi ekonomi, digitalisasi
menjadi hal penting guna perkembangan ekonomi. Ini menunjukan bahwa
digitalisasi menjadi hal penting.
Anggota/kader
PMII harus menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Kita sebagai kader
pergerakan tidak boleh untuk selalu berpikir stagnan, jika tidak berpikir maju
jauh kedepan maka kita tidak mungkin untuk bisa beriringan dengan zaman. Bukan
malah mengawal perkembangan zaman namun kita akan ditinggalkan oleh
perkembangan zaman jika tidak memiliki kemampuan yang bisa menjalankan ketiga poin
tersebut. Revolusi industri 4.0 akan menghilangkan
beberapa pekerjaan konvensional. Bertambah
atau berkurangnya angka pengangguran bergantung dengan apa yang bisa kita
lakukan. Mennjadi pengangguran atau mampu
meminimalisasinya? Revolusi industri memaksa kita untuk terus bergerak karena hanya ada
dua pilihan: bergerak bersama zaman atau mati
ditelan zaman.
Ini
lah mengapa penulis mengatakan bahwa manifesto ini berkelanjutan. Produktif,
inovatif dan kolaboratif tidak bisa dicapai apabila kita tidak memiliki skill
berupa critical thinking, manajemen people, komunikasi dan kreatif. Empat hal
ini adalah syarat wajib untuk mewujudkan anggota/kader PMII yang mampu produktif,
inovatif dan kolaboratif. Tanpa keempat kemampuan ini bisa jadi PMII hanya akan
menjadi mahasiswa biasa yang nantinya hanya akan menjadi lulusan yang akan
menjadi pekerja konvensional atau bahkan menambah angka pengangguran.
Manifesto
ini adalah manifesto yang wajib diperhitungkan dalam melakukan gerakan.
Perkembangan zaman tidak bisa hanya dipandang sebelah mata. Menjadi
anggota/kader PMII yang produktif,
inovatif dan kolaboratif adalah hal yang wajib dilakukan dalam melakukan
gerakan yang nyata.
Internet
tentu menjadi potensi sekaligus tantangan bagi para warga pergerakan.
Potensinya tentu berkaitan dengan pertumbuhan bisnis pasar industri digital
yang berkontribusi besar untuk pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia.
Selain itu dunia digitalisasi sekarang mampu menjadi catatan sejarah yang ada.
Hal ini berguna untuk menjaga kelestarian kebudayaan Indonesia yang kian mengikis. Para warga
pergerakan harus benar-benar eksis di media digitalisasi dalam menyambuat
peruabahan zaman.
Inilah
tantanganya! Bergerak produktif atau diam diterkam zaman. Tentunya ini bukan
hanya kalimat kiasan. Indonesia saat ini mengalami bonus demografi. Bonus
demografi Indonesia diprediksi menuju Indonesia emas di tahun 2045. Dampak
perubahan struktur umur penduduk terhadap ekonomi tersebut dikenal dengan bonus
demografi. jumlah penduduk usia produktif mulai 15 hingga 64 tahun mencapai 60
persen. Ini berarti penduduk produktif hanya menanggung biaya hidup penduduk
tidak produktif dengan usia 0 - 14 tahun dan usia 65 tahun ke atas.
Apabila
sumber daya manusia (SDM) yang mencapai 60 persen itu terampil, maka bangsa ini
akan meraih bonus demografi. Ini berarti perekonomian Indonesia akan tumbuh
pesat berkat keterampilan dan kreativitas mereka yang berusia produktif. Untuk
menghasilkan penduduk yang terampil, bertalenta, inovatif, kreatif, memiliki
daya saing, dan berkarakter, maka berbagai upaya ke arah itu harus dipersiapkan
sejak kini, kemudian mempertahankannya, bahkan meningkatkan kualitas SDM yang
sudah ada.
PMII
harus menjadi organisasi paling peka dalam permasalahan ini. Gerakan PMII
seharusnya mampu menyelamatkan Indonesia dari bencana demografi yang mana
melimpahnya angka pengangguran dan menurunnya ekonomi negara. PMII harus
menjadi pahlawan untuk bangsanya sendiri. PMII harus mampu menentukan kemana
bangsa ini akan menyongsong masa depannya, apakah menjadi bangsa besar yang
beradab, cerdas dan siap beradaptasi dengan perubahan zaman. Atau, menjadi
bangsa seksi namun diperkosa untuk kenikmatan bangsa
asing. Sekali lagi! Inilah tantanganya! Bergerak produktif atau diam diterkam
zaman!