Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

PMII dan HIMMAH Sumut Gelar FGD Pemeliharaan Kamtibmas dengan Moderasi Agama

Friday, July 9, 2021 | 10:47 PM WIB Last Updated 2021-07-10T05:47:39Z

 


Pewarta : Revanda Lesmana

Medan ( ) , Pengurus Koordinator Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Pimpinan Wilayah Himpunan Mahasiswa Al-Wasliyah (HIMMAH) Sumut menggelar Focus Group Diskusi (FGD). Kegiatan tersebut mengangkat tema "Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat dengan pengarusutamaan moderasi beragama dalam memperkokoh NKRI", Kamis (8/7), digelar di Hotel Garuda Hotel Plaza Medan.

Ketua PMII Sumut Azlansyah Hasibuan menyampaikan, bahwa FGD ini dilakukan sebagai salah satu semangat khususnya mahasiswa yang memiliki peran serta tanggung jawab untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

"Kamtibmas adalah kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional yang ditandai dengan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman," sebutnya.

Dikatakan, keterkaitan dengan moderasi agama adalah jalan manusia untuk mengenal Tuhan dan di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bangsa yang majemuk. Selain itu, diharapkan saling toleran dan tidak saling menyalahkan dalam mencari jalan untuk mengenal Tuhan, agama dan bangsa. Hal itu merupakan hal fundamental yang tidak bisa dipisahkan sehingga generasi muda diharapkan akan menjadi pionir dalam moderasi beragama terkhusus kader PMII.

Sementara itu, Ketua PW HIMMAH Sumut Sukri Soleh Sitorus mengatakan, bahwa moderasi beragama adalah cara pandang seseorang dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, radikalisme, ujaran kebencian, hingga retaknya hubungan antar umat beragama. Hal itu merupakan masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini.

"Kita harus bersikap terbuka serta menerima bahwa diluar diri kita ada saudara sebangsa yang juga memiliki hak yang sama dengan kita sebagai masyarakat yang berdaulat dalam bingkai kebangsaan. Masing-masing orang memiliki keyakinan di luar keyakinan atau agama yang mesti kita hormati dan akui keberadaannya. Untuk itu kita perlu terus menerus bertindak dan beragama dengan cara moderat," paparnya.

Sukri juga memaparkan, bahwa agama dan Negara adalah dua sisi mata uang yang berbeda namun saling berhubungan. Agama membutuhkan tempat untuk para penganutnya menjalankan ajaran agama dengan tentram dan nyaman. Sedangkan negara membutuhkan agama untuk sosial kontrol dan nilai-nilai agama demi kesehatan bernegara.

Rangkaian kegiatan FGD digelar tersebut mengundang dua tokoh pemateri yakni Aktivis Muda NU Sumut Hidayat Syahputra dan Badan Kajian Strategis Al-Wasliyah Eko Marhaendi beserta puluhan peserta diskusi dari kalangan aktivis mahasiswa.

×
Berita Terbaru Update