Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Refleksi Hari Santri : Mengenang Resolusi Jihad dan Spirit Membela NKRI

Thursday, October 21, 2021 | 11:37 PM WIB Last Updated 2021-10-22T06:37:38Z
foto M Fadli
Hari ini, tanggal 22 Oktober 2021, tepat 7 tahun sudah ditetapkannya hari santri nasional oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 22 tahun 2015. Penetapan istilah hari santri sendiri adalah merupakan bagian dari wujud penghormatan Negara terhadap kontribusi nyata perjuangan santri dalam membela NKRI. 

Dalam catatan sejarah perjalanan Bangsa Indonesia, ada beberapa rangkaian peristiwa yang kemudian menjadi asbabun nudzul dari khittah perjuangan santri, terutama pasca Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia memang telah resmi menyatakan kemerdekaannya, namun dalam realitanya, perlawanan terhadap penjajah belumlah usai, hal itu terjadi lantaran hadirnya Brigade 49 Divisi India Tentara Inggris dibawah pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby, yang merupakan buah dari rencana Agresi Militer II Belanda. 

Jauh-jauh hari, sebelum pertempuran 10 November, Belanda bersama pasukan sekutu telah memasuki beberapa Kota di Indonesia, diantaranya adalah Jakarta dan Surabaya. Tujuannya ialah untuk melucuti persenjataan tentara Jepang, membebaskan tawanan perang Jepang, serta keinginan untuk mengembalikan Indonesia agar tetap berada dibawah kekuasaan Belanda. 

Namun, tujuan agar Indonesia kembali dibawah kekuasaan Belanda tidaklah berjalan dengan semestinya, rencana Belanda dan Pasukan Sekutu mendapat respon perlawanan dari masyarakat sipil Surabaya, diceritakan pula bahwa perlawanan itu turut diikuti oleh seluruh elemen bangsa, seperti pemuda, Kiai, santri termasuk juga Warga NU. 

Fatwa Jihad Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari

Fatwa Jihad memang memiliki kesan yang begitu dahsyat, sehingga tidak salah lagi apabila kaum santri menjadikannya sebagai landasan dalam menumbuhkan spirit membela NKRI. Dalam Jurnal Islam Nusantara tentang Resolusi Jihad, ”Nasionalisme Kaum Santri Menuju Indonesia Merdeka" karya Inggar Saputra dituliskan, bahwa Presiden Soekarno sempat mengirimkan utusan untuk bertemu dan meminta pandangan KH. Hasyim Asyari mengenai hukum membela tanah air dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kepada utusan tersebut dijelaskan pula bahwa umat Islam Indonesia wajib membela tanah airnya dari bahaya dan ancaman kekuataan asing. 

Setelah kedatangan utusan Soekarno, KH Hasyim Asy‟ari memanggil Kiai Wahab Hasbullah, Kiai Bisri Syamsuri, dan para kiai lainnya untuk mengumpulkan kyai se-Jawa dan Madura untuk bermusyawarah. Para kyai pun berkumpul dalam sidang Pleno Pengurus Besar pada 21-22 Oktober 1945 di kantor PBNU, Bubutan, Surabaya. 

Pertemuan itu dihadiri oleh panglima Hizbullah, Zainul Arifin, setelah berdiskusi panjang lebar, para ulama ini menyatakan perjuangan kemerdekaan sebagai jihad atau perang suci. Sehingga dirumuskanlah fatwa Jihad yang dipelopori oleh Hadharatussyekh KH. Hasyim Asy’ari yang sampai saat ini lebih dikenal dengan “Resolusi Jihad” tanggal 22 Oktober 1945, sebelum pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. 

Disinilah puncak perjuangan berawal, gelora  resolusi  jihad segera menyebar begitu cepat  dan menggetarkan hati rakyat Surabaya  untuk melawan kolonialisme Inggris. Terutama bagi kaum santri yang ikut menyerahkan segenap jiwa dan raga untuk memberikan kontribusi nyata dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa pertempuran 10 November pun tidak terlepas dari kobaran semangat resolusi jihad yang dikumandangkan di Markas NU Bubutan Surabaya. 

Sebagai tanda teringat, saya ingin mengutip ringkasan fatwa Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, fatwa ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam mengobarkan semangat juang seluruh elemen bangsa untuk ikut berperang melawan penjajah. 

_“Hoekoemnja memerangi orang kafir jang merintangi kepada kemerdekaan kita sekarang ini adalah fardhoe ‘ain bagi tiap-tiap orang Islam jang moengkin meskipoen bagi orang kafir"_

_"Hoekoemnja bagi jang meninggal dalam peperangan melawan NICA serta komplotannja adalah mati sjahid. Hoekoemnja orang jang memetjahkan persatoean kita sekarang ini wadjib diboenoeh"_

Berangkat dari rangkaian peristiwa demi peristiwa itulah, serta berkat dikumandangkannya resolusi jihad NU, ghirah perjuangan tidak dapat lagi dibendung, spirit membela NKRI semakin meningkat. Apakah lagi bagi kaum santri, tak terkecuali pula warga NU lainnya, mematuhi titah Kiay adalah merupakan bagian dari Shuul Adab yang tidak boleh terpisahkan dalam tradisi Nahdhatul Ulama. 

Spirit ini perlu dipertahankan, meskipun konteknya tidak lagi dalam narasi melawan penjajah. Tapi paling tidak, cinta tanah air mesti tumbuh di sanubari setiap masyarakat Indonesia, lebih lebih lagi bagi elemen pemuda sebagai generasi penerus bangsa, 

Oleh karenanya, sebagai generasi muda yang secara garis usia tergolong cukup jauh dari kekelaman peristiwa masa lalu tersebut, kita musti ingat, musti menyadari, bahwa memahami sejarah perjalanan berdirinya bangsa ini adalah bagian dari upaya meneguhkan kembali semangat nasionalisme. Terima kasih para pejuang, Terima kasih santri, Selamat Hari Santri Nasional.

Oleh : Muhammad Fadhli
Sekretaris Cabang PMII Rokan Hilir
Editor : Eky Prasetyo
×
Berita Terbaru Update