Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Perempuan Apakah Permainan?

Monday, January 3, 2022 | 4:18 AM WIB Last Updated 2022-01-03T12:18:49Z
Foto Yunni Annisa

Sejatinya perempuan untuk di lindungi bukan untuk dijahili apalagi di hamili sesuka hati. Namun sayang,  zaman sudah rusak dimana manusia sudah tak berotak dan hilang akhlak, mengedepankan nafsu yg bergejolak tak tertolak. Mirisnya yang sering menjadi korban adalah perempuan. Apakah perempuan hanya sebuah permainan yang dimainkan lantas ditinggalkan ketika bosan? 

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) melalui kompas.com terakhir mengemukakan sejak 1 Januari hingga 16 Maret 2021, terdapat 426 kasus kekerasan seksual dari total 1.008 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Dan baru-baru ini viral kasus baru kekerasan seksual yang menghebohkan di tanah di air yakni  kekerasan seksual terhadap Novia Widyasari seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur yang menjadi korban kebiadaban seorang yang dikatakan abdi negara. 

Kasus viral lainnya yakni seorang pimpinan pesantren berinisial HW yang tega mencabuli 12 anak didiknya hingga lahirkan 9 bayi. Dan masih banyak kasus-kasus serupa yang berkeliaran di negara Zamrud Khatulistiwa ini. Sungguh biadab manusia yang katanya beradab namun tak punya tanggung jawab. Seorang yang amat dipercaya dan dekat bahkan bukan suatu hal yang mustahil menjadi boomerang yang siap menyerang. Banyak kasus pelecehan terhadap perempuan yang pelakunya merupakan orang terdekatnya sendiri. Di Lombok NTB seorang gadis dibawah umur diperkosa oleh ayah kandung juga kakaknya sendiri. 

Korban perkosaan di Lombok NTB, kata Ketua majelis hakim Isrin Kurnia Surya Kurniasih dalam sidang yang digelar secara virtual, di Pengadilan Negeri Mataram, Lombok NTB Senin, 13 Desember 2021, adalah anak kandungnya sendiri. Perempuan mana yang tidak sedih mendengar berita miris seorang ayah yang harusnya sebagai pawang dan pelindung malah menjadi predator yang sangat berbahaya terhadap anak kandungnya sendiri. Perempuan mana yang bisa terima seorang ayah yang sejatinya sebagai panutan malah melakukan pelecehan. Perempuan mana yang tidak merasakan duka ketika seorang ayah yang harus dibanggakan oleh anak perempuannya malah dengan tega merusak masa depan putrinya sendiri. Sudah hilangkah nurani dari seorang lelaki yang katanya cinta pertama bagi putrinya malah menjadi orang pertama juga yang merusak putrinya? The world is joking I think. Di dunia ini seolah tak ada tempat untuk perempuan dimata lelaki. Padahal yang melahirkan seorang lelaki adalah perempuan. Dari zaman penjajahan Hindia Belanda sampai 76 tahun kemerdekaan, perempuan masih saja dianggap rendah oleh para lelaki, perempuan hanya dianggap permainan yang bisa dinikmati kapanpun sesuka hati dan ditinggalkan ketika bosan. 

Dari pemaparan diatas, lantas apakah kita masih tutup mata, tutup telinga bahkan tutup hati terhadap keresahan para perempuan di Indonesia. Apakah kita hanya bersifat bodo amat toh bukan saya, anak saya, keluarga saya yang menjadi korbannya? Apakah kita hanya berdiam diri dengan hanya menonton berita dan berkomentar sesuka hati dan malah cenderung acap kali menyalahkan sang korban ketimbang mengawal sampai pelaku dihukum seberat-beratnya sehingga menimbulkan efek jerah? Trauma dari para korban juga merupakan trauma bagi seluruh perempuan di Indonesia. Perempuan merasa tak aman dan merasa terancam akibat trauma perempuan yang menjadi korban. Perempuan menjadi resah dan cemas merasa was-was di awasi oleh manusia yang tak lagi waras akibat hasrat yang tak terkendali. Perempuan harus dilindungi, diayomi bukan dihakimi apabila menjadi korban pelecehan agar tidak menjadi trauma tersendiri apabila dia menjadi korban. 

Apa jadinya Indonesia jika perempuannya sudah trauma? Apakah tunggu dulu semua  perempuan merasakan kepedihan dan trauma yang sama? atau tunggu dulu semua perempuan lenyap dengan cara yang sama? Lantas siapakah yang melahirkan penerus tahta Indonesia jikalau perempuannya sudah tak ada? Lagi, apakah perempuan hanya sebagai permainan? Apakah tidak ada belaskasih terhadap perempuan di negeri Zamrud Khatulistiwa ini? 

Perempuan butuh payung hukum sebagai pelindung dan penjamin agar tidak ada lagi Novia Widyasari berikutnya atau korban lainnya. Perempuan butuh payung hukum agar ketakutan dan trauma akan kejahatan sirna. Payung hukum sesuatu yang sangat diperlukan perempuan saat ini. Perempuan hanya meminta hal sederhana itu, tak lebih.

Penulis : Yuni Annisa Hafni Rambe
PC PMII PSP Tapanuli Selatan
Editor : Eky
×
Berita Terbaru Update