Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Indonesia Emas 2045? Investasi Nilai-Nilai Dasar Pergerakan Terhadap Pemuda PMII

Wednesday, May 22, 2024 | 6:53 AM WIB Last Updated 2024-05-22T14:00:19Z



Pemuda dilahirkan tanpa noda hitam, seperti pemutih. Seorang pemuda menerima kelengkapan naluri dari Sang Maha kuasa, termasuk rasa takut, harapan, dan bahkan kekhawatiran. Akal yang diciptakan oleh Tuhan memberikan fungsi untuk memahami apa yang benar dan salah, baik dan buruk, serta berbagai macam bekal alamiah yang muncul karena sifat manusia sebagai khalifah di bumi. Mampu membedakan antara perbuatan baik, jahat, dan perbuatan dosa adalah hak Sang Maha kuasa. Dengan segala kekuatan dan akalnya, dia berjuang untuk kepuasan, kebahagiaan, dan kesejahteraan. Bukan hanya etika kerjanya, tetapi juga dalam harapan dan doa manusia bersimpuh mengharapkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Penting untuk diingat bahwa Yang Maha kuasa tidak membutuhkan apa yang manusia lakukan. Segala gagasan dan perbuatan manusia tidak akan menolong atau menyakiti-Nya sedikit pun. Segala aktivitas manusia hanya akan kembali pada dirinya sendiri. Misal, jika seseorang berbuat baik hanya untuk kepentingan dirinya sendiri, maka segala macam amalan manusia akan kembali untuk dirinya sendiri. Apakah keputusan manusia akan menimbulkan perselisihan dan konflik yang saling menguntungkan atau merugikan? Hanya tujuan yang jahat dan keburukan manusia yang menyebabkan kerusakan, sedangkan hanya akal sehat dan iman manusia yang memberikan kebaikan.

Pemuda mengemban peran sebagai khalifah di alam semesta ini. Menjadi khalifah berarti mengambil alih kepemimpinan atas diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Kepemimpinan dapat diberikan kepada individu di berbagai tingkatan, baik dalam skala kecil, menengah, atau besar. Gagasan ini didukung oleh sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan: “Masing-masing di antara kalian mempunyai kapasitas kepemimpinan, dan kalian semua bertanggung jawab atas kepemimpinan yang dipercayakan kepada kalian.” Setiap individu akan menghadapi tanggung jawab dan konsekuensi baik di alam duniawi maupun di alam setelah kematian. Hakikat seorang pemimpin, yang mencakup seluruh potensi dan kecerdasannya, bercita-cita mencapai kepuasan, kegembiraan, dan kesuksesan. Manusia bersujud bukan saja dalam etos kerjanya, namun juga dalam shalatnya, memohon kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pemuda yang diharapkan dengan kondisi sosial saat ini adalah memiliki pendidikan tinggi, mendapatkan pengetahuan melalui pendidikan Sarjana, Magister, dan Doktor, dan bahkan mencapai tingkat profesor. Namun, pendidikan tinggi ternyata tidak cukup untuk menjamin bahwa pemuda tidak terlibat dalam tindakan seperti korupsi, nepotisme, kezaliman, ketidakadilan, dan sebagainya (Zulfikar, 2023). Virus-virus tersebut muncul karena ketidakseimbangan intelektualitas, integritas, dan komitmen yang dia miliki sebagai pemimpin apalagi implementasinya jauh dari Nilai-Nilai Dasar Pergerakan.

Kepemimpinan memancarkan suasana yang ditandai dengan kurangnya kepercayaan terhadap kebenaran. Suasana gersang di kawasan ini tidak menumbuhkan berkembangnya kepercayaan mengenai hubungan antara manusia dan Tuhan. Keyakinan ini semakin pudar karena intelektualitas para mahasiswa, khususnya yang berada di PMII, hanya terfokus pada perolehan ilmu saja. Memperoleh keahlian di bidang informasi tanpa memiliki keimanan dan keyakinan yang kuat akan hubungannya dengan Tuhan dan alam semesta hanya akan menghasilkan kemajuan ilmu pengetahuan yang hanya menguntungkan dan berkontribusi terhadap kemajuan masyarakat. Hal ini mengacu pada jenis ketidakakuratan dalam cara individu berpikir dan berperilaku ketika mereka berpartisipasi dalam proses pertumbuhan atau dalam peran khalifah fil-ard.

Pertimbangkan apakah area yang diperuntukkan bagi kontemplasi dan tindakan telah dimanfaatkan untuk membentuk keyakinan mengenai identitas kita, lokasi, tujuan keberadaan, dan sarana untuk berhubungan kembali dengan alam. Jika sebagai pemuda belum melakukan perubahan, mulailah dengan melakukan perubahan dalam setiap pribad. Kemajuan yang signifikan tidak diragukan lagi dimulai dengan kesadaran diri. Terlibat dalam konflik dengan orang lain dengan dalih penindasan, ketidakadilan, atau alasan lain apa pun tidak diperlukan, karena musuh sejati kita ada di dalam diri kita sendiri. Ketika kita disibukkan dengan perkembangan masalah-masalah global, hanya ada sedikit fokus pada pengembangan keterampilan kepemimpinan dalam permasalahan kemanusiaan. 

Kita disibukkan dengan segudang acara, kegiatan, webinar, dan workshop, tanpa memperhitungkan korelasinya dengan dimensi vertikal-horizontal. Melakukan tindakan seperti melanggar hak orang lain, menindas kebebasan orang lain, mengeksploitasi anggaran kegiatan, memanipulasi data, dan sejenisnya, merupakan tindakan yang menyimpang dari prinsip-prinsip yang melekat pada fitrah manusia. Ini adalah lintasan kesalahan manusia dan kesalahan sejati dalam pelaksanaan kepemimpinan dalam skala global. Jika kita tidak mampu menahan dorongan hati kita sendiri, kita akan menyerah pada keserakahan. Maka dari itu, kita sebagai “Pemuda” harus memfilsafatkan sejauh mana pekerja yang tergolong dibayar rendah, apapun gaji atau jabatannya. Bahkan dengan seorang pemimpin negara yang mempunyai posisi strategis dan menerapkan kebijakan yang memihak rakyat pilihannya, tampaknya rasa laparnya masih belum terpuaskan.

Lalu apa penyebab seringnya pemuda tidak mampu mengendalikan diri sebagai pemimpin? Alasan tanggapannya adalah kurangnya kesadaran diri. Refleksinya mengarah pada penilaian dan aktivitas nyata yang lebih cenderung mementingkan kepentingan diri sendiri dan berpusat pada kepentingan mereka sendiri daripada mempertimbangkan martabat manusia. Perjuangan melawan berbagai penyakit hati adalah sesuatu yang harus dilakukan dan dicontoh oleh setiap orang, khususnya pemuda generasi emas yang berkecimpung di PMII. 

Di dalam diri kita masing-masing terdapat serigala yang sangat liar. Terlibat dalam perilaku yang merendahkan nilai kemanusiaan dapat berkontribusi terhadap terjadinya ketidakadilan. Dia memaksa kita untuk menolak ajaran kebenaran. Awalnya, mereka memulai dengan usaha yang kecil. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka berkembang secara signifikan dan berubah menjadi sindikat korup dan berpengaruh. Misalnya saja negara kita, sebuah negara yang telah mencapai kemerdekaannya hampir 79 tahun, namun terus bergulat dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi yang terus berlanjut (Theodora & Primantoro, 2023). Terlibat dalam tindakan seperti melanggar hak orang lain, meremehkan perilaku mereka, meremehkan potensi mereka, melakukan tirani terhadap bawahan, berperilaku tidak jujur, memanipulasi data aktivitas, dan banyak perilaku serupa lainnya. 

Kegagalan manusia muncul karena kurangnya pengendalian diri. Sehingga tidak mungkin mengubah orang lain kecuali kita terlebih dahulu mengubah diri kita sendiri. Hentikan kecenderungan idealis kita sebagai Kader PMII sebelum kita berhasil mengatasi keterbatasan pada pribadi kita sendiri, khususnya bagi mahasiswa yang memiliki peran sebagai agent of change, social control dan iron stock. Maka dari itu Pemuda PMII dalam mengamalkan nilai-nilai “Pergerakan” harus memiliki kapasitas untuk terlibat dalam konflik dan perlawanan internal dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Peran pemuda saat ini memiliki sektoral yang penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dengan kreativitas, semangat, dan tekad yang tinggi, pemuda diharapkan dapat menjadi pendorong utama dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, ekonomi, sosial, dan politik. Dengan demikian, generasi muda memiliki kemampuan untuk menggerakkan perubahan positif dalam masyarakat dan membantu mencapai tujuan Indonesia Emas 2045, yang merupakan visi negara maju, sejahtera, dan berdaulat pada tahun 2045 dan akan dirayakan sebagai usia emas Indonesia setelah 100 tahun kemerdekaan. Namun, saat ini masih banyak terlihat bahwa menjadi Kader PMII hanya ikut-ikutan saja. Lantas, kira-kira kondisi ini bisa menjawab peran pemuda PMII dalam mencapai Indonesia Emas 2045? Mari kita lihat pernyataan di bawah ini.

Pemuda PMII saat ini memiliki peran yang sangat penting. Mereka berkomitmen untuk menjadi penggerak bangsa dan memimpin Nusantara, berfokus pada Visi Indonesia Emas 2045, di mana Indonesia akan menjadi negara maju, sejahtera, dan berdaulat. Untuk mencapai tujuan ini, PMII mengembangkan strategi kaderisasi yang mengajarkan nilai-nilai dasar pergerakan seperti Tauhid, hubungan baik dengan Allah (hablumminallah), hubungan baik dengan sesama manusia (hablumminannas) dan hubungan baik dengan alam (hablumminalalam). Selain itu, PMII bertujuan untuk menjadi bagian dari kepemimpinan nasional yang efektif dalam mewujudkan kejayaan peradaban Nusantara dan mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045.

Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq
Salam Pergerkann!!! Hidup Mahasiswa!!!



Nama: Moh Nawalul Fawaid El Haqi
Jabatan: Pengurus Komisariat PMII Sunan Ampel Malang
Editor: Titis Khoiriyatus Sholihah
×
Berita Terbaru Update