Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

WARGA PMII SEBAGAI AKTIVIS AMFIBI

Monday, June 14, 2021 | 5:56 AM WIB Last Updated 2021-06-14T12:56:45Z


Ahmad yusril 

Komisariat IAIA As'adiyah

Sebelum masuk lebih dalam inti pembahasan penulis lebih dulu mengklarifikasi persoalan judul, yang penulis maksud dengan amfibi adalah bagaimana menitikberatkan seorang kader mampu aktif dan tanggap di dua alam yaitu realitas dan hipperealitas (medsos).

 di dunia realitas kader-kader pmii sudah 80% lah memassifkan kajian-kajian dan kegiatan literasi lainnya, mungkin masih ada sebagian kecil dari sahabat” kita yang dikomisariatnya kajian rutinnya tidak aktif namun itu pasti didasari berbagai kendala, namun perlu diketahui di pmii belajar tidak hanya bisa dilakukan di internal komisariat kita, kita bisa keluar belajar di komsariat-komisariat sahabat kita yg lain seperti kegiatan atau pelatihan-pelatihan informal PMII yang biasa sahabat PMII istilahkan dengan sekolah-sekolah, jadi kekurangan literasi kader di internal komisariat kita bisa tertutupi dengan hal seperti itu.

Yang jadi masalah besar sekarang adalah didunia hipperealitas atau medsos, didunia realitas kader PMII sekiranya sudah memassifkan kajian-kajian islam yg plural, damai,dan santun. Lalu bagaimana di dunia kedua?, kader-kader PMII hendaknya juga bisa aktif di dunia medsos, sebagai psikolog-psikolog handal untuk sahabat kita yang awam agar tidak terjerat paham islam fundamentalis – radikalis- hingga menjadi superprioritas dan ujungnya menjadi teroris. Karena sebagian besar yang menjadi korban jaringan islam radikal(“) seperti ini adalah pemuda(i) yg mengalami gangguan psikologi, baik itu karena persoalan keluarga,bahkan masalah percintaan. Kemudian menjadikan agama sebagai tempat pelarian lalu menemui dan terdoktrin ajaran islam yang radikal(“) dan melakukan aksi-aksi terorisme.

Pemahaman tentang media sosial perlu di berikan kepada warga pmii, sebagai langkah awal untuk meminimalisir hal-hal diatas. Dan disini penulis akan sedikit berbagai mengenai bagaimana internet menciptakan teroris. Karena dewasa ini pengakderan terorisme tidak hanya di dunia realitas saja, masjid, dan tempat-tempat kajian. Tetapi beralih ke dunia medsos, sekali lagi sebagai warga PMII kita harus mengimbangi dan meminimalisir hal-hal seperti itu.

Filter bubble sebagai skema Algoritma.

Pernahkah sahabat(i) mencari suatu barang di google?, misalnya sepatu, dan ketika membuka fb,atau ig, sahabat menemui iklan sepatu, atau barang yang telah sahabat cari di google. Itulah yang disebut dengan filter bubble, yaitu algoritma yang secara otomatis mengelompokkan user menurut kesamaan hobi, kebutuhan, orientasi politik, ide, atau parameter lainnya.

Jadi hal inilah yang sangat memudahkan sahabat kita yang mengalami gangguan psikologis tadi ketika menjadikan agama sebagai tempat untuk mencari jawaban atas setiap masalah, dan hal ini pulalah yang memudahkan para perekrut kader terorisme utnuk menemukan calon kadernya. Ketika calonnya tadi mencari dakwah islami di medsos namun yang mayoritas adalah dakwah-dakwah yang fundamentalis, dan radikalisme(“).

Media sebagai perantara ketakutan.

Yang perlu sahabat ketahui bahwa pelaku terror tidak hanya menginginkan kerusakan, dan kekacauan mereka juga menginginkan ketakutan. Dan anehnya banyak dari kita bahkan warga PMII itu sendiri menyebarkan hal tersebut di media. Secara tidak langsung kita telah berkontribusi membantu teroris dalam melancarkan misinya.

Anatomi rekrutmen

-pencarian

-pemilihan

-pendalaman identitas

-asesmen 

-rekrut

-indoktrinasi

-penggunaan 

Diatas adalah urutan bagaimana cara teroris merekrut korban mereka di media sosial. Dan orang-orang yang intoleran, takfiri, simpatisan jihadis, ormas anarkis, dan pembenci ientitas Negara adalah orang-orang yang selangkah lagi menjadi terorisme. Adapun bentuk penyerangan terorisme; lone wolf, penyerangan yang dilakukan sendiri, seperti contoh kasus pengeboman gereja katedral di Makassar, dan penyerangan mabes polri oleh seorang perempuan, baru-baru ini. Yang jika sepintas dilihat seakan-akan atas niat dan perlakuan sendiri. Padahal tidak ada kejadian yang terjadi atas sendirinya, apalagi sampai nekat melakukan hal-hal seperti itu sendiri. Dan bentuk penyerangan yang kedua adalah banyak atau yang terorganisir.

Lalu bagai mana kita sebagai warga PMII memiliki andil dalam meminimalisir hal tersebut?, 

Yang jika kita kembali melihat akun-akun sosmed kita, pastilah isinya seputas NU,PMII, dan yang seafiliasi dengannya yang muncul di medsos kita. Karena sitem filter bublle tadi, namun yang perlu diketahui dimedsos kita juga terdapat ruang-ruang netral, salah satu contohnya grub. Di grub itulah biasa terjadi perdebatan dan inilah yang harus juga di isi warga PMII sebagai kader amfibi.

Langkah kedua adalah kampanye di media sosial baik itu grub kerabat, kelas dsb mengingatkan menghindari kelompok-kelompok intoleran,takfiri,jihadis,ormas anarkis, dan jangan terjebak pada satu pemikiran tertentu. Tentulah warga PMII sudah pasti anti akan hal-hal tersebut krn menganut ajaran islam yang damai dan toleran.

Memang di era modern ini warga pmii harus memiliki soft skill tertentu untuk menjawab arus tantangan zaman kedepannya, terutama di bagian IT. Bahkan jika warga PMII serius dalam meminimalisir terorisme bisa membuat semacam syber army pmii, yang tugasnya hanya mengantisipasi gerakan-gerakan islam yang tidak sejalan dengan cita-cita luhur para pendiri bangsa kita.

Sekian dulu datum datum dari sahabat Indonesia timur ini mohon maaf atas segala kekurangan, karena memang kiranya penulis kekurangan terutama bidang financial---;,_

SALAM PERGERAKAN

SALAM PESAHABATAN


#SisiKiriNusantara_🌹

×
Berita Terbaru Update