Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Tubuh Perempuan Objek Seksualitas

Tuesday, December 28, 2021 | 6:07 AM WIB Last Updated 2021-12-28T14:07:49Z
foto sinta enriyani

Terlahir menjadi perempuan tidaklah mudah. Hidup dengan stigma dan tuntutan sosial membuatnya semakin berat. Belum lagi kritik dan ekspektasi yang tak masuk akal membuat jalan hidup perempuan tidak mudah. Perempuan dalam berbagai sisi sering dikaitkan dengan suatu istilah Yang melekat mengenai posisinya dalam media yaitu ketidakadilan Bahkan budaya patriarki mengajar perempuan seolah tubuhnya bukan merupakan otoritasnya sendiri. Fakta ini menunjukkan jika banyak dari kita masih kurang memahami pentingnya otoritas tubuh. Eksploitasi pada tubuh, khususnya perempuan adalah hal yang biasa. Bahkan pasangan muda yang seharusnya sudah memahami pun kerap menormalisasi hal ini.

Setelah menikah, banyak perempuan yang menganggap jika tubuhnya adalah sepenuhnya hak suami. Perempuan sebagai istri harus siap memenuhi tuntutan suami dan lingkungan sosial sebagai seorang istri hingga akhirnya lupa untuk memahami tubuhnya sendiri. Bahkan yang kerap kita liat di mayoritas lingkup masyarakat perempuan baik dari  kalangan anak anak, remaja maupun menujuh dewasa terkadang terpengaruh akan cinta akan menjadi dirinya sebagai eksploitasi laki laki cinta membuat tubuhnya sepenuhnya milik seorang laki laki yang kerap dekat  dengan dirinya ( pacaran ).

Antara Kuasa dan Negosiasi atas Tubuh yang menjelaskan, dalam konteks perempuan, otonomi tubuh tersebut adalah upaya sistematis-berkelanjutan dari setiap perempuan untuk mau dan mampu menjadikan tubuhnya sendiri otonom. setiap tubuh yang ada adalah milik individu bukan milik kelompok atau orang lain. Maka yang berhak untuk mengaturnya adalah diri kita sendiri. Sayangnya tubuh perempuan seringkali dijadikan objek dan dikekang. Dalam relasi pernikahan misalnya, anggapan perempuan yang utuh adalah yang setelah menikah segera hamil. 

Apakah lantas, setelah menikah dan perempuan yang tidak kunjung hamil tidak bisa menjadi sosok perempuan seutuhnya?

Tubuh perempuan bukanlah objek yang terus dieksploitasi. Tubuh perempuan adalah miliknya sendiri, sehingga kita sebagai perempuan memiliki hak  untuk  merasa nyaman dan aman dengan segala perubahan. Yang perluh kita tau bahwasanya Hubungan yang sehat itu adalah relasi di mana kita bisa menjadi versi terbaik dari diri kita. Serta berani mengungkapkan apa yang kita inginkan menurut versi kita kepada semua orang terutama ( laki laki ). hal ini tidak mengherankan mengingat masyarakat Indonesia dibentuk oleh suatu sistem nilai, kepercayaan, pendidikan, tingkah laku, yang berangkat dari suatu kerangka kerja patriarki, yang melakukan justifikasi terhadap hubungan dominasi dan subordinasi, penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki.

Dalam wacana masyarakat umum, posisi perempuan dikonstruksikan sebagai bentuk pasangan yang berlawanan (oposisi biner) dengan Laki-laki. Laki-laki dikonstruksikan dengan atas (up), kanan (right), tinggi (high), kebudayaan (culture), kekuatan (power), dan kekuatan (strength). Sedangkan perempuan dikonstruksikan sebaliknya, yakni bawah (down), alam (nature), dan kelemahan (weakness).Kondisi demikian menjadikan perempuan tercerabut atas kepemilika tubuhnya. Di lain pihak, kontrol negara menguat pada saat Orde Baru dengan membuat aturan hukum tentang pemaksaan melalui Penggunaan alat kontrasepsi. Orde Baru dengan kuasanya melakukan Pemaksaan aturan yang bertujuan untuk membatasi jumlah anak pada Setiap keluarga.ipatut kita sadari ketika tubuh kita diatur sedemikian maka disitu lh letak tubuh perempuan miliki semua orang yng patut diatur oleh semua orang baik agama, hukum ataupun negara.

Foucault dalam Disciplines and Punishment Menjelaskan mengenai konsep ‘tubuh yang patuh’. Hal ini kemudian Sangat relevan jika dikaitkan dengan seksualitas. Sebagai tubuh yang Patuh,perempuan diformulasikan secara ketat melalui wacana kekuasaan dalam kebijakan kesehatan dan kebijakan kesehatan reproduksi. Maka dari itu kita sebagai perempuan perlu mengendalikan diri untuk memberikan kesempatan bagi yang lain. 

Beauvoir mengemukakan bahwa laki-laki sang diri sedangkan perempuan adalah  the other atau sang Liyan. Jika Liyanadalah ancaman bagi Diri, maka perempuan adalah ancaman bagi laki-laki . Karena itu, jika laki-laki ingin tetap bebas, ia harus mensubordinasi perempuan terhadap dirinya. Dapat dikatakan bahwa Simone de Beauvoir merupakan filsuf pertama yang Membahas persoalan Ada perempuan (being of woman) secara filosofis, dengan Mengajukan pertanyaan awal apa itu Perempuan? (what is a woman?). Pertanyaan mendasar muncul dalam Jawaban seseorang tidak dilahirkan Sebagai perempuan tetapi menjadi Perempuan (One is not born a woman but  Rather becomes a woman), yang dapat Ditarik lebih jauh lagi pada analisa Bahasa, makna dan kekuasaan Melalui pemikiran Simone de Beauvoir kita dapat memahami mengapa Eksistensi perempuan selama ini Ditempatkan sebagai yang lain (the other). Di mana secara teoritis seakan tak ada, Tak bermakna dalam ilmu pengetahuan. Secara praktis, rutinitas, kedangkalan Hidup serta ketidakotentikan telah Membuat eksistensi perempuan semakin Terabaikan, tenggelam, terbenam dalam Dominasi ideologi patriarki yang tidak Saja ada dan menguat dalam sistem sosial.

Ketika kita membahas tentang Tubuh dan eksistensi perempuan karena beberapa alasan, di Antaranya karena tentang perempuan,tubuh termasuk tentang seksualitas dan kesehatan perempuan, Serta eksistensi sebagai perempuan dipenuhi paradoks sekaligus ironi. Paradoks dan ironi ditemukan Ketika hak-haknya belum sepenuhnya terpenuhi, ada pihak lain secara individual maupun kelembagaan Merasa memiliki hak atau mendapat kewenangan untuk mendefinisikan, memberi makna, membuat Aturan, bahkan melakukan kontrol terhadap tubuh perempuan atas nama kepatutan, kelaziman, atau Bahkan atas nama kekuasaan. 

Dijelaskan pula tentang konstruksi sosial budaya yang dikemas oleh rasionalitas patriarki, yang Menempatkan perempuan dalam posisi subordinat, dikenai beragam aturan serta berbagai bentuk Kontrol lain yang menempatkan perempuan · sebagai liyan. Emily Martin juga menyatakan Kurangnya dukungan institusional Bagi tubuh-tubuh perempuan yang Membuat perempuan sangat sukar Untuk menjadi manusia seutuhnya Produktif dan reproduktif. Jika tubuh Perempuan dipengaruhi oleh Patriarki. Dalam konteks inilah dapat dirasakan betapa berat beban perempuan yang harus eksistensi.

Perempuan berada dalam Balutan mitos, stereotipe dan dominasi Kekuasaan. Bahwa tubuh perempuan Bukan milik perempuan itu sendiri dapat Ditemukan dalam banyak dokumen Sejarah peradaban manusia. 

Penulis : Sinta Enriyani  
PMII Cabang Pangkep 
Editor : Eky
×
Berita Terbaru Update