Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menyoal Kedudukan ASWAJA dalam PMII: Sebagai basis Ideologi atau Teologi?

Friday, June 14, 2024 | 3:02 AM WIB Last Updated 2024-06-14T10:02:34Z


Pada fokus eksplorasi kedudukan Ahlusunnah Wal Jamaah (ASWAJA) dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), ada dua perspektif yang sering diperdebatkan: apakah ASWAJA seharusnya dipahami sebagai ideologi atau teologi dalam konteks organisasi mahasiswa Islam seperti PMII? Sebab dari pendekatan terhadap isu ini, acap kali mencerminkan pandangan dan interpretasi yang beragam tentang peran dan orientasi PMII yang notabene organisasi Islam.

Sebelum masuk analisis lebih dalam, penting kiranya untuk memahami lebih dulu arti daripada ASWAJA itu sendiri. ASWAJA merupakan singkatan dari Ahlusunnah Wal Jamaah, yang secara harfiah berarti "Orang-orang yang mengikuti tradisi nabi dan persatuan". ASWAJA merupakan kerangka ajaran dan pemahaman Islam yang diterima secara luas di kalangan Muslim mayoritas di Indonesia, yang mengikuti tradisi Sunni dan berpegang teguh pada Al-Quran, Hadis, serta kesepakatan para ulama dalam memahami ajaran agama.

Pertama-tama, kita perlu mengevaluasi apakah ASWAJA berfungsi sebagai ideologi dalam PMII. Ideologi, dalam konteks ini, merujuk pada seperangkat keyakinan, nilai, dan prinsip yang menjadi dasar dari suatu gerakan atau organisasi. Dalam hal ini, ASWAJA dapat dipahami sebagai ideologi karena menjadi landasan pandangan dunia dan orientasi nilai bagi PMII. Sebagai organisasi Islam, PMII secara alami cenderung berbasis pada pemahaman ASWAJA dalam menyusun program, kegiatan, dan pandangan organisasinya. ASWAJA menjadi kerangka referensi yang memberikan arah moral dan spiritual bagi anggota PMII dalam berbagai aktivitasnya.

Namun, dalam konteks ideologi, perlu dicatat bahwa PMII juga terbuka terhadap berbagai perspektif dan pemikiran yang tidak eksklusif terhadap ASWAJA. PMII dikenal sebagai organisasi yang inklusif, yang memberikan ruang bagi anggotanya untuk berdiskusi, berdebat, dan berekspresi sesuai dengan keyakinan dan pemahaman masing-masing. Oleh karena itu, meskipun ASWAJA menjadi landasan ideologis, PMII tidak memaksakan pandangan ini kepada anggotanya, melainkan mempromosikan diskusi dan pemikiran kritis sebagai bagian dari proses pembentukan pemikiran dan identitas keislaman.

Selanjutnya, dalam mempertimbangkan apakah ASWAJA berfungsi sebagai teologi dalam PMII, kita perlu melihat apakah pemahaman dan praktik agama dalam organisasi ini terbatas pada aspek ritual dan keagamaan semata. Teologi mengacu pada studi tentang ajaran dan kepercayaan agama, serta cara-cara di mana keyakinan tersebut diaplikasikan dikehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, ASWAJA juga dapat dipahami sebagai teologi PMII, karena ajaran-ajaran Islam yang terkandung di dalamnya membentuk dasar dari praktek-praktek keagamaan dan aktivitas sosial PMII.




Namun, perlu dicatat bahwa PMII tidak terbatas pada dimensi teologis semata. Selain melakukan kegiatan keagamaan seperti pengajian, shalat berjamaah, dan kegiatan keagamaan lainnya, PMII juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial, budaya, dan politik yang tidak selalu terkait langsung dengan aspek keagamaan. Ini menunjukkan bahwa PMII, sambil memperjuangkan nilai-nilai keagamaan, juga berfungsi sebagai organisasi yang memiliki dimensi sosial dan politik yang kuat, yang terbuka terhadap berbagai persoalan masyarakat dan mencoba untuk memberikan kontribusi yang nyata dalam pemecahan masalah tersebut.

Dalam mengakhiri opini ini, penting untuk mengakui kompleksitas kedudukan ASWAJA dalam PMII. ASWAJA tidak hanya berfungsi sebagai ideologi atau teologi semata, tetapi juga sebagai kerangka referensi yang memberikan arah moral, spiritual, dan praktis bagi PMII. Dalam konteks pluralitas dan keberagaman pemikiran, PMII mempromosikan diskusi terbuka, toleransi, dan inklusivitas, yang memungkinkan berbagai pandangan dan interpretasi tentang ASWAJA untuk berdampingan secara damai dalam organisasi ini.

Dengan demikian, PMII memainkan peran yang penting dalam memfasilitasi pemahaman yang lebih baik tentang ASWAJA, serta dalam mempromosikan pemikiran kritis, keterbukaan, dan inklusivitas di antara anggotanya. Dengan pendekatan ini, PMII dapat terus menjadi salah satu kekuatan yang penting dalam dunia mahasiswa Islam di Indonesia, serayya beriring-iringan dengan relevansi terhadap berbagai tantangan sosial, politik, dan keagamaan yang dihadapi bangsa saat ini.



Penulis : Satya Graha Habibilah, S.Sos (KADER PC PMII CIPUTAT)
Editor : M. Hazim
×
Berita Terbaru Update