Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Akademik dan Organisasi: Skala Prioritas Mahasiswa Pergerakan

Wednesday, January 31, 2024 | 12:11 AM WIB Last Updated 2024-01-31T08:12:01Z



Saat kita berada dalam perkuliahan, kita dapat menjumpai dengan banyak jenis mahasiswa yang berbeda. Mahasiswa baru pasti terkejut dan bingung dengan lingkungan perkuliahan yang sangat berbeda dengan lingkungan sekolah sejak semester pertama. Mereka semua memiliki tujuan masing-masing yang tentunya berbeda, bahkan seperti mendapatkan nilai IP yang tinggi setiap semester, student exchange, lulus cumlaude, dan menjadi aktif dalam organisasi mahasiswa. Namun, seiring berjalannya perkuliahan tujuan tersebut berubah menjadi ingin memiliki nilai IPK yang tinggi atau mungkin ingin mahasiswa yang aktif dalam organisasi. Lantas, mana yang harus diprioritaskan? Mahasiswa aktif dalam organisasi atau memiliki akademik yang tinggi? atau bahkan Mahasiswa yang berprestasi? Saya rasa pertanyaan ini menjadi sebuah pro-kontra dan sangat membingungkan bagi beberapa kalangan mahasiswa.

Saat ini, tentu banyak mahasiswa yang ingin memiliki IPK yang tinggi. Memiliki IPK tinggi menjadi kebanggaan mereka untuk ditunjukkan kepada teman-teman mereka dan membuat orang lain lebih percaya pada mereka. Namun, hal itu sangat penting dan bermanfaat untuk masa depan seorang mahasiswa, terutama dalam hal mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Ketika menjadi anggota organisasi mahasiswa yang aktif ataupun memiliki IPK yang tinggi akan memiliki kelebihan dan keuntungan. Keuntungan memiliki IPK tinggi adalah mahasiswa mendapatkan banyak pilihan pekerjaan dan banyak perusahaan yang memerlukan kandidat dengan IPK minimal 3,00 bahkan bisa lebih dari itu. Kedua, menjadi lebih mudah untuk mendapatkan beasiswa. Beberapa beasiswa yang saya ketahui memang memerlukan minimal IPK 3,00 bahkan beberapa meminta IPK 3,50 ke atas. Mereka yang memiliki IPK tinggi, menjadi lebih mudah untuk bersaing secara administratif melalui seleksi seperti halnya beasiswa, pekerjaan atau bahkan yang lain. 

Terlihat masih banyak fenomena bahwa mahasiswa takut ketika dihadapkan dengan dua pilihan yaitu aktif berorganisasi atau IPK tinggi. Padahal bagi saya aktif berorganisasi dan memiliki IPK tinggi bisa dilakukan secara optimal. Menurut The Center for the Study of Student Life Ohio State University, keterlibatan mahasiswa di organisasi itu sangat penting karena terdapat beberapa impact terhadap perkembangan seorang mahasiswa seperti good grades, brain development, psychological well-being, leadership skills, multicultural awareness serta dapat menghasilkan mahasiswa yang lebih siap berkarier dibandingkan yang tidak aktif di organisasi. Menjadi mahasiswa pergerakan atau yang dapat dikaitkan dengan PMII tentu tidaklah mudah. Organisasi mahasiswa terlahir ada untuk anggotanya dalam mencoba banyak hal baru tanpa takut terluka dan jatuh. Namun, apakah itu benar terjadi? Maka saya rasa diksi “Perjuangan” sangat tepat ditanamkan pada diri kita sebagai mahasiswa pergerakan.

Selain itu, menjadi mahasiswa pergerakan yang lebih aktif berpartisipasi dalam organisasi akan mendapatkan beberapa keuntungan lebih, salah satunya adalah Curriculum Vitae (CV). CV adalah representasi awal bagi interviewer melihat pribadi kita seperti apa. Maka pengalaman organisasi dan IPK sangat memengaruhi sebuah kualitas dari dokumen yang mempresentasikan diri kita.

Mahasiswa pergerakan yang mengikuti organisasi baik intra maupun ekstra akan memiliki banyak pengalaman serta terbiasa bekerja sama dengan banyak orang dalam penyelesaian dinamika atau konflik yang terjadi pada organisasi.

Kedua, organisasi dapat menjadi wadah di mana soft skill diajarkan. Namun, hal ini tidak sepenuhnya benar terjadi maka diperlukan kontribusi mahasiswa itu seperti apa terhadap organisasi. Mahasiswa yang bergabung dengan organisasi seharusnya dapat memiliki kesempatan untuk memperoleh pengetahuan tentang manajemen diri, konflik, waktu, bahkan yang lain dan saya rasa hal tersebut dapat diselesaikan dalam berproses di PMII.

Ketiga, dengan berorganisai kita dapat bertemu banyak orang. Bertemu banyak orang memungkinkan diri kita untuk belajar banyak hal, berinteraksi dengan orang baru dari latar belakang yang berbeda, dan bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki banyak karakteristik.

Keempat, teori tidak sebanyak praktik. Jika kita bergabung dengan sebuah perusahaan atau company ternama, sehingga kita akan memiliki kesempatan untuk mempraktikkan berbagai hal yang berkaitan dengan posisi yang kita dapatkan dengan pengalaman yang sudah dilakukan selama berproses di organisasi meskipun studi yang kita raih tidak linear dengan apa yang kita kerjakan, maka saya rasa ini yang dinamakan Merdeka Belajar. 

Merdeka Belajar dalam konteks organisasi menggambarkan semangat kemandirian dan kebebasan dalam proses pembelajaran anggota organisasi. Ini melibatkan pengembangan inisiatif dan tanggung jawab individu untuk mengelola dan meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mereka sendiri. Dalam sebuah organisasi, konsep Merdeka Belajar mendorong anggota untuk aktif mencari peluang belajar, mengidentifikasi kebutuhan pengembangan diri, dan berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang relevan dengan tujuan organisasi.

Pendekatan ini menciptakan lingkungan dimana setiap individu dihargai atas kontribusinya terhadap pembelajaran kolektif, dan di mana fleksibilitas dan adaptabilitas menjadi kunci untuk mengatasi perubahan yang terus-menerus. Dengan Merdeka Belajar, organisasi dapat menciptakan budaya pembelajaran yang dinamis, memupuk inovasi, dan memastikan kesinambungan pertumbuhan dan pengembangan didalamnya.

Oleh karena itu, terlihat secara jelas bahwa hubungan dan ketergantungan antara akademik dan organisasi itu ada dan saling berkaitan. Mengapa demikian? Nilai akademik (IPK) tinggi tanpa soft skill atau sebaliknya akan sangat memengaruhi hasil kinerja dari setiap individu para kader. Jika kita ingin melakukan keduanya sekaligus, itu sah-sah saja, asalkan kita semua khususnya mahasiswa pergerakan dapat menjaga keseimbangan saat melakukannya. Mari kita jadikan organisasi (PMII) ini sebagai wadah berproses para kader yang tepat bukan tempat berproses kader yang cacat.

Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Tharieq
Salam Pergerakann!!! Hidup Mahasiswa!!!






Penulis: Moh Nawalul Fawaid El Haqi
(Pengurus Komisariat PMII Sunan Ampel Malang)
Editor: Titis Khoiriyatus Sholihah
×
Berita Terbaru Update