Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Intelektual Yang berjarak

Tuesday, June 15, 2021 | 5:50 AM WIB Last Updated 2021-06-15T12:50:38Z

 


Oleh : Ujang Bawon Sobarna Jaya 

Rayon Syariah Dan Hukum

Komisariat UIN SGD BANDUNG

PC. Kab. Bandung

Masalah besar hari ini kepongahan para intelektual yang selalu berteriak mengumbarkan kata hidup mahasiswa, hidup petani dan hidup-hidup lainya, tapi mereka membuat sekat dengan masyarakat pada umumnya. Jarak antara intelektual dengan masyarakat ini terbentuk sehingga diskusi-diskusi pemantik kesadaran hanya berhenti di ruang-ruang kelas, di mimbar masjid, di ruang seminar dan pelatihan tanpa kemudian memicu masyarakat luas untuk melakukan aksi.

Kemudian hal ini membuat masyarakat bertanya. Apakah organisasi mahasiswa aksi untuk rakyat? Katanya bergerak dengan dasar nilai baik itu nilai perjuangan , nilai pergerakan dan berbagai nilai lainnya? Kurasa tidak. Bisa jadi yang tujuan nya adalah nilai tukar pada senior sehingga meminggirkan gerakan-gerakan yang nyata dan organik.  Mereka akan gerak jika ada value yang ditukar gulingkan.

Kepongahan dan Kesombongan ini berlanjut ketika mereka secara reaksioner bergerak di Aksi-aksi seremonial Nasional dan melupakan regionalnya. Era disrupsi yang menuntut percepatan ini hanya di sambut dengan pamflet eksistensi kosong makna. 

Meminjam istilah dari gramsci bahwa kaum intelektual ini di bagi menjadi dua. Pertama Intelektual Tradisional dan Kedua Intelektual Organik.

Intelektual Tradisional yaitu ketika mereka Kaum intelek yang menjadi corong penguasa untuk memperkuat isu yang di lempar ke masyarakat dalam rangka merekayasa sosial dengan tujuan mengusai. 

Kemudian intelektual Organik yaitu mereka yang dengan kesadaran dan pengetahuanya mengambil langkah untuk membangkitkan kesadaran perlawanan terhadap agenda-agenda penguasa. proses ini mengumpulkan sumber-sumber kekuatan yang dimiliki, baik itu pengetahuan maupun basis massa, mengambil langkah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat mengenai masalah-masalah yang bahkan tak tercium, atau tak disadari sebelumnya.

Lalu kemana mereka setelah aksi-aksi seremonial? apakah mereka mahasiswa puritan yang penuh kemunafikan. Maka fungsi kaum intelektual ini harus di pertanyakan, diskusi yang berbuih-buih ternyata tidak dirembeskan kepada masyarakat. Jarak antara intelektual dan masyarakat ini adalah masalah. Karena  jika tugas untuk memantik kesadaran ini ini tak dilakukan dan hanya berhenti pada proses berpikir untuk diri dan kelompoknya sendiri, maka intelektual harus mempertanyakan eksistensinya sebagai intelektual.

×
Berita Terbaru Update