Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pandemi dan Tranformasi Pergerakan di Era Disrupsi Informasi

Sunday, July 18, 2021 | 1:45 AM WIB Last Updated 2021-07-18T08:48:27Z


 Oleh:

Iko Juhansya (pengurus Cabang PMII Kota Padang)

Perkembangan teknologi informasi telah menghantarkan masyarakat memasuki era disrupsi informasi. Berbagai aplikasi berbasis internet telah menghadirkan jutaan informasi dalam satu menit. Dengan perangkat canggih tersebut, siapapun saat ini dapat memproduksi informasi, mengedit atau mereproduksi, serta menyebarkan informasi.

Sudah sangat jelas sekali bahwa perkembangan teknologi informasi saat ini sudah tak terbendung lagi. Berbagai cara telah dilakukan pembisnis media untuk mengumpulkan daya dan upaya demi tercapainya hasil rapat kerja redaksi. Berbagai macam jenis teknologi telah merenggut eksistensi media sebagai acuan utama publik dalam mencari informasi. Hal tersebut menggambarkan seakan-akan adanya rasa takut terjadinya kelaparan, yang mana perasaan takut tersebut melebihi ketaatan terhadap profesionalisme diri sebagai jurnalis. Berbagai jurus pun akan terus dilakukan walaupun harus mendustai amanat konstitusi.

Satu persatu jurnalisme kehilangan kodrat sebagai alat mencerdaskan kehidupan bangsa. Terdorong dengan asiknya melihat perdebatan publik di kolom komentar membuat informasi tentang perbedaan paham berideologi, beragama dan berpolitik masih terus dipertontonkan ke pembaca.

Di era digital seperti saat ini, media adalah bisnis. Informasi yang dibuat lebih mengutamakan kebersihan dapur redaksi dibanding kejernihan ruang publik. Hal tersebut lantaran media berlomba-lomba memperbanyak bahan masakan dan daftar menu, sehingga menyajikan informasi kumuh.

Terlebih akhir-akhir ini wajah informasi di berbagai media online seakan tidak mampu membawa pembaca ke arah yang lebih cerdas. Berita bohong seputar Covid-19 dan Nia Rahmadani selalu muncul dipermukaan dan selalu lezat untuk diperbincangkan. Berita tentang Covid-19 sendiri telah ditemukan dua ribu lebih berita hoax. Penemuan tersebut ditemukan oleh Kominfo.

Media sudah sangat kehilangan kualitas diri. Informasi yang mengundang perdebatan demi perdebatan publik menjadi bahan yang diolah berulang-ulang agar laku terjual dipasar dan diperebutkan.

Melihat fenomena ini, kepercayaan publik terhadap media tidak lagi tentang kualitas informasi tetapi tentang kepentingan ideoligis dan politis yang menjadi kunci. Mungkin rendahnya literasi media masyarakat menjadi alasan media harus mengambil posisi pasar sendiri-sendiri.

Di tengah penderitaan bangsa karena pandemi Covid-19, sudah saatnya kader-kader PMII mengambil peran baik secara gerakan sosial maupun gerakan berbasis digital. PMII seharusnya hadir mengambil bagian menjadi solusi kongkrit untuk bangsa Indonesia. Hari ini pergerakan mahasiswa sedang mengalami tantangan luar biasa, tidak hanya di bidang politik kekuasaan. Kondisi sosial mesti diperhatikan demi terciptanya kehidupan bermasyarakat yang sejahtera dan damai.

Media informasi dan sosial media sudah menjadi instrumen penting dalam ranah pergerakan mahasiswa Indonesia. Untuk pembentukan karakter anak bangsa maka sangat diperlukan kualitas dan kebenaran informasi, terlebih memperbanyak konten-konten positif di berbagai platform sosial media dan internet.

Pandemi mengajarkan kader-kader PMII agar lebih produktif dan terus melakukan invovasi gerakan-gerakan, terutama gerakan bebasis digital. Disrupsi informasi mesti sejalan dengan kualitas kader PMII. Media massa dan sosial media tidak akan mampu memberikan dampak positif apabila hanya dikuasai oleh mereka yang tidak bertanggungjawab dan tidak mementingkan integritas bangsa.

Semoga keadan dunia terkhusus Indonesia semakin membaik. Fungsi agen of change mahasiswa pun terus mengalami penyesuaiaan di setiap situasi dan kondisi bangsa.

Editor: Siti Ummul Khoir Saifullah

×
Berita Terbaru Update