Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menyongsong Hari Santri Nasional 2021, Saatnya Kader PMII Berperan Penting Mengimplementasikan Nilai ASWAJA

Sunday, October 17, 2021 | 4:35 AM WIB Last Updated 2021-10-17T11:39:36Z

Oleh : Anila Imroatul Ma'rifati Sulcha 
Sekretaris PMII Rayon Averouce 
Komisariat Tarbiyah Cabang Surabaya Selatan 

Hari Santri Nasional dirintis oleh zaman kepemimpinan Bapak Ir. Joko Widodo selaku Presiden RI yang ke-7 dan yang ke-8 pada tahun 2017. Memiliki ciri khas dari hari nasional lainnya, hari santri diperingati sebagai wujud rasa cinta dan hormat kepada ulama-ulama NU dan para santri yang berjuang demi kokohnya agama Islam di Indonesia, bahkan dimata dunia. Hari Santri Nasional diperingati setiap tanggal 22 Oktober. Berbagai macam jenis peringatan hari santri nasional sudah berjalan dengan unik di tahun-tahun sebelumnya, 2021 ini sepertinya berbeda. Bagaimana bisa dikatakan seperti ini, bisa dilihat dari tema yang di angkat adalah "Santri Siaga Jiwa dan Raga". 


Menurut Menag Yaqut, beliau menegaskan bahwa Siaga Jiwa bermakna pula bahwa santri tidak lengah menjaga kesucian hati dan akhlak, berpegang teguh pada akidah, nilai, dan ajaran Islam rahmatan lil'alamin serta tradisi luhur bangsa Indonesia. Dari sini bisa disimpulkan jika nanti bentuk kegiatan dalam memperingati HSN 2021 benar - benar meriah walaupun terhalang protokol kesehatan, hal ini juga karena tema yang diangkat menjadi tonggak penting didalamnya. Berbicara soal peringatan HSN 2021 mari sejenak kita refleksi tentang bagaimana kehidupan santri, kiyai dan pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan tempat santri dan kyai menimba dan mengamalkan ilmu pengetahuan tentang spiritual, emosional dan intelektual. Zaman dahulu, pendidikan di pondok pesantren penuh dengan totalitas dan loyalitas dalam menjalankan kebenaran di jalan Allah 'Azza Wa Jalla serta mengharapkan syafa'at Rasulullah Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Penuh perjuangan dan pengorbanan besar, kehidupan pondok pesantren zaman dahulu dan zaman sekarang sepertinya perlu di sinkronkan meskipun globalisasi telah mengubah situasi dan kondisi dunia. 


Tentu saja, menyinkronkan keadaan santri dulu dan sekarang tidaklah mudah ketika globalisasi mengambil peran sepenuhnya kepada kehidupan manusia. Namun, bagi seorang kader PMII yang dikenal dengan sebutan "Santri Pergerakan" sangat tidak dibenarkan menghadapi perihal seperti ini hanya dengan sikap dan pemikiran yang versi pragmatis. Versi pragmatis disini maksudnya jauh dari kata kreatif dan inovatif. Lalu, bagaimana dan apa yang harus dilakukan oleh kader PMII yang notabenenya juga sebagai santri di organisasi? 


Pada jenjang kaderisasi MAPABA, kader PMII dikenalkan dengan pengetahuan ASWAJA (Ashlus Sunah Wal Jama'ah) yang mana materi ini menjadi urgensi organisasi PMII dalam menjawab tantangan zaman. Sedikit mengulas, ASWAJA akronim dari Ahlus Sunnah Wal Jama’ah merupakan salah satu aliran kalam dalam khazanah teologi islam yang bercirikan mengedepankan sunnah daripada rasio (akal). Terurai dari 3 kata, ahlun yang artinya golongan, sunnah yang berarti segala sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, maksudnya semua yang datang dari Nabi SAW berupa perbuatan, ucapan dan pengakuan Nabi SAW, dan terakhir Al-Jama'ah artinya apa mengumpulkan sesuatu, atau sekelompok orang yang berkumpul dengan tujuan tertentu. Sudah sepantasnya ASWAJA menjadi nilai terkembang dan terkemuka di organisasi yang terlahir dari Nadhlatul Ulama (NU). Salah satunya PMII, ASWAJA menjadi Manhaj Al-Fikr wa Al-Harakah yang artinya Aswaja adalah landasan berfikir dan bertindak. Dalam penyampaian materi ASWAJA di sesi MAPABA 2021 lalu, seorang senior PMII Cabang Surabaya Selatan menyampaikan "ASWAJA itu bisa diterapkan dalam hal yang paling mikro hingga yang paling makro", pungkas Cak Baha'. 


Dalam Aswaja sebagai Manhaj Al-Fikr wa Al-Harakah terdapat 5 poin penting yakni, tawasuth (moderat), tawazun (netral), tasamuh (toleran), ta'addul (seimbang) dan yang terkahir ada Amar Ma'ruf Nahi Munkar sebagai pengertian bahwasannya manusia wajib mampu membedakan anatara perkara baik dan buruk. Kader PMII yang dikenal sebagai pemeran penting dalam kehidupan organisasi berbasis NU tidak boleh jauh dari 5 poin penting diatas. Sebuah perihal penting ketika berbicara menyongsong HSN 2021 saat ini perlu sikap dan pemikiran yang mengarah pada poin tawasuth agar menjadi santri yang siaga jiwa dan raga. Seperti yang dikatakan oleh salah satu senior PMII Cabang Surabaya Selatan yakni Cak Baha' dalam menyampaikan materi ASWAJA di MAPABA 2021 kemarin beliau mengatakan "sebaik-baik perkara adalah yang berada ditengah-tengah, tidak ekstrim ke kanan maupun ke kiri". 


Hal tersebut diatas sedikit mengutip dari cuplikan hadist juga, mengartikan bahwa perkara yang dipertengahan akan menimbulkan perdamaian dan kenikmatan yang luar biasa. Harapannya, tidak hanya pada menyongsong HSN 2021 saja akan tetapi kader-kader PMII mampu menerapkan ASWAJA di dalam sendi-sendi kehidupan mereka ketika situasi dan kondisi apapun. Mencapai perubahan dengan menjadikan tema HSN 2021 sebagai tonggak awal kebangkitan, maka kader PMII sebagai santri pergerakan memerankan posisi mereka sebagai leader implementasi nilai ASWAJA yang nantinya akan menjadi cerita dan kebanggaan tersendiri. Tidak perlu diuraikan bentuk perannya, kehidupan menyongsong HSN 2021 memiliki bentuk positif dan harus diimbangi dengan peran kader PMII dalam mengimplementasikan nilai-nilai ASWAJA yang mereka dapatkan. 
×
Berita Terbaru Update