Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Reinkarnasi Separuh Bung Karno Ada pada Sosok Joko Widodo (Jilid 1)

Sunday, July 17, 2022 | 5:10 AM WIB Last Updated 2022-07-17T12:20:47Z
Foto Abdur Rahman Siregar

Bapak bangsa bernama kecil Kusno ini membuatku berlarut-larut menyelisik bulan Juni. Bagi pegiat sang proklamator ini sebenarnya sudah tidak asing apabila khalayak mengaitkan sang proklamator dengan bulan Juni, tapi ini akan menjadi satu paragraf tabu di telinga orang ramai yang tidak seberapa kenal dengan sosok sang proklamator ini bahkan tak sedikit yang akan bingung. Kemudian disambut Bapak bermata sayu bernama tenar Jokowi masuk ke dalam deretan alasan terkuat mengapa aku sanggup berlarut-larut mengulik-ulik bulan Juni.

Bermula di Juni
Juni menjadi bulan suci bagi kedua makhluk Tuhan yang namanya tertera paling atas alias tajuk. Bukan tanpa alasan bahwasanya di 6 Juni tahun1901, telah lahir seorang anak laki-laki tanpa bantuan dukun beranak sebab pasal kemelaratan dan Ny. Idayu ibunya. Pukul setengah 6 pagi bersamaan dengan terbit fajar ialah Kusno lahir lalu kemudian dibesarkan dengan satu kepercayaan di orang Jawa bahwa “barang siapa yang dilahirkan pada saat matahari terbit maka nasibnya telah ditakdirkan terlebih dahulu”, “Kelak kau akan menjadi orang yang mulia nak, dan kau akan menjadi pemimpin rakyat” sembari memeluk Kusno yang bertubuh kecil, perempuan itu menggelari Kusno sebagai Putra Sang Fajar yang tak lain adalah anaknya sendiri.

Keseharian bocah bernama Kusno itu salah dua diantaranya adalah mencari lesung di pagi hari dan menumbuk butiran-butiran padi sampai menjadi beras hingga telapak tangannya merah dan melepuh karena tak mampu membeli beras, bahkan tak jarang hanya makan ubi kayu.

Mendengarkan ibunya yang sangat ia cintai seperti mendongeng menceritakan kisah-kisah patriotik dan kepahlawanan, cerita dan kisah tentang leluhur mereka yang menjadi pejuang kemerdekaan ialah kebiasaan sebelum tidurnya.

Juni juga menjadi bulan suci bagi seorang laki-laki bernama Joko Widodo. Tanggal 21 Juni tepat pada tahun 1961 sang bapak bermata sayu ini dilahirkan oleh seorang ibu bernama Sujiatmi. Bak kemiripan kisah hidup secara tidak disengaja dengan sang proklamator, sang bapak yang bertubuh tidak seberapa tegap ini pun terlahir dari keluarga yang tergolong miskin yang kerap kali kekurangan dan kesulitan untuk makan dan biaya sekolah. Bapak bermata sayu ini tumbuh dan berkembang di lingkungan yang berdekatan dengan bantaran kali yang amat memprihatinkan.

Terlahir di keluarga yang berkategori sederhana membuat semasa kecil bapak bermata sayu ini dituntut untuk hidup mandiri, bekerja keras dan berdagang. Dengan telaten dan rutin ia selalu menyempatkan mengaji dan kemudian setelah itu ia membantu ayahnya menggendong kayu-kayu gergajian dan membopongnya ke pinggir jalan untuk dijual dan inilah salah dua di antara kebiasaan sehari-hari sang bapak bermata sayu itu yang kemudian akrab disapa sang bapak mebel dan bapak infrastruktur.

(kesamaan bulan lahir yakni bulan Juni dan atas izin Tuhan yang Maha Esa bahwasanya kedua bapak yang namanya tertera pada tajuk dan paling atas juga terlahir dari keluarga yang memprihatin alias sama-sama berasal dari keluarga sederhana)


Seorang Muslim yang Taat
Part 1 (Versi Bapak Proklamator) Se-Nusantara mengakui bahwa bung Karno ialah sosok nasionalis sejati. Sebab untuk mewujudkan persatuan bangsa dan kemerdekaan jiwa nasionalisme adalah sebarang hal modal yang paling penting.

Sering kali bung Karno bertukar pikiran dengan seorang tokoh pergerakan dan ulama berpengaruh di Indonesia yang dikenal dekat dengan kalangan Nahdlatul Ulama tentang dinamika Islam dan langkah-langkah untuk memudahkan pemahaman mengenai Islam itu sendiri, salah satu tokoh itu bernama K. H. Mas Mansjur. Di tanah pengasingan bung Karno juga tidak sungkan untuk meminta agar dikirimi buku-buku tentang Islam. Selain itu tindakan dan pemikiran bung Karno yang islami juga terlihat pada masa perdebatannya dengan sejumlah tokoh islam yang salah satunya adalah Mr. Mohammad Natsir dari Masyumi terkait “Soal Dasar Negara”.

Part 2 (Versi Bapak Mebel) Kalimat itu bunyi nya begini “Saya Jokowi, bagian dari Islam yang rahmatalil’alamin. Islam yang hidup berketurunan dan berkarya di negara Republik Indonesia yang memegang teguh UUD 45. Bhinneka Tunggal Ika adalah rahmat dari Tuhan.”

Iya, kultur islam itu sudah menyatu di tubuh bapak berparas sederhana itu sejak dini. Belajar ilmu agama, mengaji dan sholat di masjid maupun musholla adalah rutinitas nya setiap hari sejak kecil. Bapak yang dijuluki bapak infrastruktur ini juga amatlah hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya. Berbakti sejak kecil adalah bukti berhasilnya orang tua beliau dalam mempahamkan islam dan menjadikannya seorang muslim yang taat tidak hanya kepada perintah Tuhan dan agama nya tetapi juga perintah kedua orang tua nya.

(kedua tokoh pemimpin muslim ini sudah menjadi barang kewajiban mereka juga untuk menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran islam di kepemimpinan mereka. masing-masing mereka mempunyai gaya dan karakter tersendiri dalam memimpin, namun sebagai muslim yang taat kedua sang tokoh ini menerapkan model kepemimpinan yang islami. Dua di antaranya tampak dari perilaku sosial dan karakter kepemimpinan yang dalam kehidupan sehari-hari dijiwai oleh nilai-nilai dan berlandaskan islam.)


Seorang Pencinta Nusantara & Budaya Lokal
Part 1 (Versi Bapak Proklamator) sosok seorang bapak sang pemikir dan pejuang yang ada di kepalanya hanya ingin mempersatukan Nusantara, tidak lain dan tidak bukan bahwa landasannya adalah sebab kecintaannya terhadap bangsanya. Menurutnya, Indonesia adalah hasil karya Tuhan yang wajib disyukuri oleh semua orang. Kekayaan dan keindahan alam Indonesia yang tidak dimiliki negeri lainnya di dunia adalah satu anugerah Tuhan yang Maha Esa.

Ekspresi cinta sang bapak proklamator ini terhadap bangsanya terlihat dari bagaimana ia mencintai rakyatnya. Bapak proklamator ini amat perhatian dan memuliakan kaum petani untuk mewujudkan ketahanan negara pada masa itu.

Kesejahteraan petani dan menjadikan lini pertanian sebagai bagian penting dalam mewujudkan ekonomi yang baik. Tidak hanya itu, kecintaannya terhadap Indonesia juga dengan menginvestasikan kearifan khas yang dimiliki bangsa. Buku berjudul “Mustika Rasa Indonesia”, menjadi warisan bapak bangsa untuk anak cucunya dan mengandung makna bahwa tampak secara jelas meski tersirat Bhinneka Tunggal Ika dan kesatuan dalam keberagaman masakan Indonesia. Lebih dari seribu resep-resep masakan Indonesia diabadikan dalam karya oleh bung Karno sebagai representasi cintanya pada kekhasan bangsanya.

Part 2 (Versi Bapak Mebel) di beberapa kegiatan kenegaraan bapak bermata sayu ini kerap kali tampil berwibawa dan bangga dengan hasil tangan rakyatnya bahkan bangga memperkenalkannya kepada dunia. Mengenakan batik khas buatan tangan-tangan rakyatnya dibanyak kesempatan merupakan ekspresi cintanya pada bangsanya lewat karya rakyatnya. Bapak yang acap kali di gelar bapak mebel ini juga mengekspresikan cintanya lewat adat dan budaya khas negara Indonesia dengan selalu mengenakan pakaian serta atribut adat disetiap kunjungan kerjanya kesetiap daerah atau kota yang ada di Indonesia. Meski terlihat secara simbolis, kecintaan seorang pemimpin negara adalah dengan menghargai kearifan lokal dan budaya-budaya yang ada di negaranya.

(berbicara perihal cinta terhadap makhluk maupun cinta terhadap tanah air, sejatinya setiap orang berbeda dalam mengekspresikan cintanya begitu juga dengan kedua tokoh bangsa ini. Sejatinya banyak ekspresi cinta seorang pemimpin terhadap bangsanya dan ekspresi cinta itu bisa kita lihat salah satunya dari perlakuannya terhadap rakyat bangsa itu sendiri).




Penulis : Abdur Rahman Siregar
Kader PMII Padangsidimpuan Tapsel
Editor : Titis Khoiriyatus Sholihah
×
Berita Terbaru Update