Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Reinkarnasi Separuh Bung Karno ada pada Sosok Joko Widodo (JILID II)

Sunday, August 14, 2022 | 1:30 AM WIB Last Updated 2022-08-16T12:46:21Z
Foto Penulis

Menggibahi kedua tokoh bangsa yang masuk ke dalam kategori orang paling berpengaruh untuk negara Indonesia bukanlah satu hal yang salah apalagi negatif. Tak ada yang aneh ketika membicarakan bulan Juni itu sama halnya dengan membicarakan bung Karno dan bapak Joko Widodo. 

Bapak Toleransi
Part 1 (versi bapak proklamator) Jauh-jauh hari sebelum bangsa Indonesia merdeka, bung Karno sudah sangat menekankan betapa pentingnya persatuan kepada rakyatnya. Bung Karno adalah pemimpin negara yang di dalamnya terdapat banyak sekali perbedaan pada rakyatnya. Mula dari perbedaan asal-usul daerah,  bahasa, suku, agama dan keyakinan. Persatuan adalah tonggak utama sebuah bangsa yang besar agar menjadi bangsa yang hidup adil dan makmur serta bebas dari segala bentuk penindasan apapun. Sejak zaman kolonialisme sang proklamator ini sudah menggugah nasionalisme rakyatnya untuk selalu bersatu khususnya bersatu melawan penjajah. 

Sumpah pemuda pada bulan Oktober adalah semboyan satu bangsa, satu bahasa dan satu tanah air itulah Indonesia, merupakan satu perwujudan bagaimana bung Karno menuntut rakyatnya yang kali ini dipelopori oleh pemuda-pemuda bangsa yang berlatar belakangan suku, ras, agama, dan bahasa yang berbeda-beda untuk bersatu. Tidak hanya itu, bukti konkret toleransi dari segi perbedaan agama juga terlihat jelas dari bangunan Mesjid Istiqlal. Pembangunan Mesjid Istiqlal di dapuk atas dasar semangat toleransi, persatuan dan persaudaraan antar umat beragama di Indonesia yang mana Bung Karno menunjuk seorang arsitektur beragama nonmuslim dan membangun Mesjid Istiqlal tepat di depan Gereja Katedral. Kedua bangunan ini adalah simbolis toleransi antar umat beragama yang kuat yang harus tetap ada sampai kapan pun di negara Indonesia.

Toleransi versi bung Karno juga adalah Ketidak apa-apaan berbeda asalkan bersatu dan ini masih berkesinambungan dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda-beda tetapi tetap satu.” Berlandaskan prinsip Bhinneka Tunggal Ika inilah setiap tindakan Soekarno kerap kali memperlihatkan sikap yang toleran, hormat, melindungi dan mencintai pemeluk agama, suku, ras dan bahasa yang berbeda dengannya tanpa terkecuali. 

Melalui mimbar-mimbar sang proklamator ini mengajarkan toleransi kepada rakyatnya tidak hanya tentang toleransi beragama tetapi juga tentang bagaimana seterusnya bangsa Indonesia harus mampu mencopoti sekat-sekat perbedaan baik itu perbedaan suku, golongan, bahasa dan lain-lainnya yang berpotensi mengurangi rasa persaudaraan dan persatuan yang telah ditumbuhkan pada bangsa Indonesia. 

Part 2 (versi bapak mebel) Tidak jauh berbeda dengan bung Karno bahwasanya bapak presiden ke tujuh Republik Indonesia ini juga sangat menekankan betapa pentingnya bersikap toleransi antar sesama rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Negara Indonesia adalah negara majemuk dan itu merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus terus dirawat maka toleransi adalah sifat mulia dalam menghadapi kemajemukan serta keberagaman yang ada di Indonesia tersebut. Selain mengajak semua tokoh dan elemen-elemen bangsa untuk bersama-sama merawat persatuan Indonesia, sang bapak yang juga di kenal dengan sapaan “bapak mebel” ini juga menegaskan bahwa di atas keberagaman yang ada di Indonesia, persatuan hanya akan muncul dan ada jika rakyat Indonesia menghargai dan menghormati setiap perbedaan-perbedaan. 

(mengulas tentang toleransi memang amatlah erat hubungannya terutama tentang toleransi beragama, tidak heran karena Indonesia adalah negara yang di karunia beragam agama dan keyakinan, beragam suku dan budaya serta beragam bahasa. Dan kedua pemimpin bangsa ini adalah pemimpin yang berhasil mempersatukan dan tetap teguh bersatu di tengah-tengah perbedaan-perbedaan yang terlihat jelas pada rakyatnya dengan cara mereka masing-masing).

Pesona dan Pribadi Unik
Part 1 (versi bapak proklamator) Kekharismatikan bung Karno tak lagi di ragukan oleh rakyatnya bahkan dunia. Banyak julukan-julukan yang disandangnya karena perjuangannya yang gigih. Bapak proklamator ini meninggalkan warisan-warisan yang tak ternilai bagi bangsanya dan karismanya sebagai pemimpin besar tidak diperoleh tanpa kesulitan dan aneka perjuangan-perjuangan yang berisiko. 

Selain seorang yang kharismatik, bung Karno juga kerap tampil sebagai pemimpin yang memimpin dengan gaya kepemimpinannya sendiri dan juga menjadi pemimpin yang berkepribadian unik dan berciri khas. Dibeberapa mimbar pidato dan kesempatan agenda kenegaraan, bung Karno kerap tampil unik dengan membawa tongkat dan berkacamata hitam. Tidak hanya itu, bapak proklamator ini juga sering kali menciptakan slogan-slogan dan bahasanya sendiri yang bermakna besar dan membudaya tidak hanya di negara Indonesia tetapi juga terkenal di belahan dunia lainnya. 

“Minal Aidin Wal Faidzin dan Halal bi Halal” adalah kalimat yang dipopulerkan oleh bung Karno untuk pertama kalinya di Indonesia. Kalimat Minal Aidin Wal Faidzin ini adalah penggalan doa yang di ucapkan setelah selesai menunaikan ibadah puasa yang berarti “semoga Allah menerima amalan-amalan yang telah aku dan kalian lakukan dan semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali kepada fitrah dan mendapat kemenangan”, yang populer diucapkan pada hari raya Idul Fitri. Sedangkan kalimat Halal bi Halal yang juga menjadi kebiasaan orang Indonesia pada bulan Syawal. 

Part 2 (versi bapak mebel) Keunikan dan ciri khas dari pemimpin bangsa juga dimiliki bapak bernama Jokowi ini. Berbeda dengan kharismatik yang dipancarkan sang proklamator bangsa justru sang bapak mebel ini kerap kali tampil dengan bermata sayu dan dengan senyuman yang damai di wajahnya. 
Di beberapa agenda kenegaraan dalam negeri, ciri khas nya itu juga ia tonjolkan yaitu dengan kerap kali berkemeja putih dengan lengan baju yang dilipat setengah. Entah apa filosofi dari cara berkemejanya tersebut, namun yang jelas itu adalah satu ciri khas yang unik yang membedakannya dengan pemimpin-pemimpin negara lainnya. Dan yang membanggakannya lagi adalah bahwasanya gaya berkemeja putih ala bapak mebel ini di abadikan di salah satu museum di luar negeri dengan membuat patung berkemeja putih dengan lengan baju di lipat setengahnya menyerupai gaya khas beliau. 
Menjadi orang nomor satu di Indonesia yang sangat dekat dengan rakyatnya, maka perlakuan sang bapak mebel ini selalu diingat dan berkesan di mata masyarakatnya. Hal unik yang menjadikan pemimpin negara Indonesia berbeda dari pemimpin negara lain adalah ketika bapak bermata sayu ini melakukan kunjungan hampir ke seluruh provinsi yang ada Indonesia dan bertatap langsung bahkan duduk sepantaran dengan rakyatnya, serta berdiskusi dengan membawa hadiah untuk rakyatnya yang sangat unik yaitu sepeda. Sepeda yang berikan sebagai hadiah kepada rakyatnya apabila berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang ilmu pengetahuan. Maka perlakuan unik dan pesona dari pribadi seperti inilah yang membuatnya selalu berkesan di hadapan masyarakatnya. 

(Keunikan serta pesona setiap pemimpin negara yang berbeda-beda membuat mereka menjadi pemimpin yang berkesan di benak masyarakat)

Bulan Juni adalah bulan Kematian sang Proklamator bangsa, tepat pada 21 Juni dan ditanggal yang sama namun ditahun yang berbeda, sang Bapak bermata sayu tersenyum damai lahir ke dunia. Pilu mendalam ketika Kematian bung Karno seakan terbalas dengan lahirnya bapak Joko Widodo sebagai pemimpin bangsa penerus perjuangan dan mewujudkan cita-cita serta falsafah bangsa. 

Jika mengulas lebih dalam, terdapat banyak kesamaan-kesamaan yang bernuansa positif untuk rakyat dan bangsa Indonesia dari kedua tokoh pemimpin bangsa ini, oleh karena itu tulisan ini mengangkat tajuk “Reinkarnasi Separuh Bung Karno ada pada Sosok Joko Widodo.”




Pewarta : Abdur Rahman Siregar
Kader PMII Padang Sidimpuan-Tapsel
Editor : Annisa Nasution

×
Berita Terbaru Update