Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Perempuan dan Logika

Friday, September 15, 2023 | 8:45 AM WIB Last Updated 2023-09-15T15:46:24Z



‘’Jadilah perempuan yang hebat tanpa melupakan kodrat dan tugas.‘’ –Najwa Shihab

Didalam kehidupan bermasyarakat sering kali kita mendengar kata-kata ‘’Untuk apa perempuan berpendidikan, toh ujung-ujungnya juga kedapur!‘’. Bagaimana tanggapanmu sebagai seorang perempuan mendengar kalimat tersebut? Tentunya, bagi perempuan cerdas yang menggunakan logikanya kalimat tersebut adalah kalimat yang sangat merendahkan dan memarjinalkan sosok perempuan. Perempuan berhak berpendidikan, sama sepertinya lelaki berpendidikan tinggi. Perempuan pun harus memiliki kecerdasan, keberanian dan kepercayaan diri untuk memback up kehidupannya kelak.

‘’Saya tidak perlu hanya menunggu pangeran berkuda. Karna saya sudah memiliki kuda sendiri‘’. -Alphagirls
Begitulah pemikiran dari seorang perempuan yang menggunakan logikanya dalam hidup. Opsi untuk hidup mandiri dengan bekal pendidikan adalah salah satu cara perempuan untuk menyelamatkan diri dalam dunia yang semakin kelabu ini.

Seorang perempuan yang berpendidikan akan memberikan dampak positif ke banyaknya aspek dikehidupan lain. Dengan adanya pendidikan yang memuaskan, kamu bisa mempunyai akses pekerjaan yang layak, punya kesadaran sosial maupun hukum dan berkeinginan berpartisipasi dalam dunia politik. Berbicara tentang seorang ‘’perempuan’’ tak akan ada habisnya. Tema tentang perempuan masih sangat menarik untuk dibahas, apalagi membahas tentang perempuan dan logikanya.

Terkadang, seorang perempuan terlena dengan rasa maupun hatinya. Tak jarang perempuan mengesampingkan logika ketika rasa sudah diperdaya. Menjadi seorang pengecut yang menentang logikanya demi sebuah rasa yang bersifat hanya sementara. Perempuan berhak memilih, memilih pilihan hidupnya. Memenuhi keinginan logikanya. Tanpa diinterpensi oleh pihak manapun.

Budaya patriarki pun terkadang menentang perempuan dalam menggunakan logikanya. Budaya patriarki menempatkan perempuan menjadi pilihan kedua setelah lelaki, sedangkan logika seorang perempuan menganggap laki-laki dan perempuan itu setara. Setara dalam arti kata ‘’setara dalam hal pendidikan, budaya, sosial, politik maupun ekonomi’’. Bukan setara dalam hal “kodrat’’ nya.

Stigma negatif muncul dari budaya patriarki tersebut, salah satunya misalnya dengan pelabelan perempuan tidak baik  pulang larut malam, meskipun terdapat alasan logis dibalik hal tersebut. Misalnya saja tuntutan dari pekerjaan sebagai tenaga kesehatan yang mengharuskan perempuan tersebut untuk pulang larut malam.

Logikanya, apa bedanya perempuan pulang larut malam dengan lelaki? Apa perempuan tidak boleh bekerja atau mempunyai urusan sampai larut malam? Hal inilah yang memperkerdil pemikiran seseorang. Hal ini menjadi salah satu aspek yang menyebabkan terbatasnya sumber daya yang dapat diakses oleh perempuan. Sehingga efek dari hal tersebut ialah perempuan tidak dapat mengeksplorasi peluang untuk dapat meningkatkan kualitas diri mereka. Masyarakat kita seolah melupakan bahwa seorang perempuan merupakan tonggak dari sebuah peradaban, sehingga penting untuk dipastikan bahwa generasi penerus bangsa ini harus lahir dari seorang perempuan yang cerdas. Demi terciptanya generasi cemerlang dimasa yang akan datang.

Dari berbagai hal tersebut dapat dilihat adanya diskriminasi yang diberikan oleh masyarakat yang menyudutkan kaum perempuan. Bahkan tak jarang stigma-stigma negatif tersebut muncul dan digaungkan bahkan oleh sesama perempuan itu sendiri. Hal ini secara tidak langsung telah memberikan batas-batas bagi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh perempuan. Lebih lanjut, hal ini dapat menciptakan standar ganda bagi perempuan. Perempuan harus mampu mengerjakan peran domestik terlebih dahulu sebelum memasuki peran dalam berbagai aspek kehidupan baik itu ekonomi, sosial, politik, ataupun pendidikan.

Tak ada habisnya membahas mengenai budaya patriarki yang menyelimuti perempuan. Zaman semakin maju, pemikiran masyarakat juga harus semakin maju tentunya. Hal itu haruslah dimulai dari diri kita sendiri, untuk lebih menggunakan akal dalam bertindak maupun berucap.
‘’Logika perempuan sangat tinggi, namun tumpang tindih dengan perasaan, saking tingginya logika seorang perempuan maka logikanya terhimpit oleh perasaan‘’.

‘’Perempuan jika sudah menggunakan logikanya, kau tak akan ada artinya, Tuan‘’. –Nana



Penulis : Asna Ningsih (Kader Kopri Cabang Kota Jambi)
Editor : Titis Khoiriyatus Sholihah
×
Berita Terbaru Update