Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Local Stronger Of PMII Wahab Hasbullah

Saturday, October 28, 2023 | 7:45 AM WIB Last Updated 2023-10-28T14:45:35Z
 

Globalisasi dan kemajuan ilmu, pengetahuan dan teknologi telah merubah perilaku manusia dalam upaya memenuhi berbagai kebutuhannya. Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi membawa manusia di belahan dunia manapun dengan mudah dan cepat memperoleh informasi dan berkomunikasi dalam segala hal. Manusia sebagai pelanggan terhadap berbagai barang dan jasa, kini menjadi semakin teliti karena memiliki informasi yang luas serta selalu terkini. Dampaknya, organisasi perlu melakukan adaptasi dengan dinamika lingkungan melalui perubahan yang sesuai dengan kekuatan dan kebutuhan organisasi. Organisasi harus melakukan pilihan yang tepat terhadap model perubahan organisasi, karena tidak semua model perubahan organisasi yang ditawarkan oleh berbagai pihak dapat diimplementasikan kedalam semua bentuk organisasi, karena tergantung dari bidang kegiatan, ukuran atau besaran organisasi, kemampuan, serta lingkungan organisasi.

Transformasi atau perubahan organisasi adalah tantangan yang mengharuskan organisasi mengembangkan kemampuannya untuk beradaptasi terhadap lingkungan luar, dan mengintegrasikannya kedalam dengan memberdayakan sumber-sumber yang dimiliki terutama sumber daya manusia sebagai aset terpenting organisasi. Transformasi organisasi bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas organisasi sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis.

(Poerwanto, November 2013) menjelaskan bahwa organisasi pada masa sekarang maupun masa datang apapun bentuk dan jenis kegiatannya akan terus menghadapi perubahan dan merubah dirinya. Kebutuhan hidup secara individual akan mempengaruhi kebutuhan organisasi dimana individu bekerja dan atau sebaliknya. Individu dan organisasi dimana orang bekerja adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, dua-duanya membutuhkan perubahan. Lebih lanjut Poerwanto menjelaskan bahwa organisasi kini menghadapi tantangan perubahan global pada berbagai aspek kehidupan yang tidak akan pernah berhenti. Konsekuensinya, setiap organisasi harus dapat mengantisipasi dan mengadaptasi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya atau organisasi yang bersangkutan merubah sistem operasinya melalui inovasi-inovasi yang relevan dengan kebutuhan eksistensinya.

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), organisasi kaderisasi yang berusaha mencetak generasi penerus bangsa yang berlandaskan Nilai Dasar Pergerakan (NPD), Ahlussunah Walljama'ah (Assawaja), Dan Pancasila. Sebagai organisasi kemahasiswaan PMII mampu mencetak generasi yang mampu bersaing dalam situasi dan kondisi apapun.

Seiring berkembangnya zaman berbagai macam perubahan setiap manusia untuk beradaptasi baik itu secara biologis maupun psikologis. Berbicara bonus demografi, bonus demografi merupakan suatu keadaan dimana penduduk yang masuk kedalam usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif. Usia produktif yang dimaksud adalah berkisar antara 15 hingga 64 tahun, artinya Indonesia saat ini sudah masuk didalam proses pendewasaan.

Adaptasi pola gerakan kader PMII kini sudah menuju Era modernisasi yang seluruh aspek kehidupan kader PMII ini tak luput dari teknologi komunikasi dan informasi. Dalam pergerakan kader PMII ini selalu didamping dengan paradigma kritis trasformatif yang pada dasarnya pola fikir dan sikap kritis ini sebenarnya sudah muncul pada zaman Immanuel Kant. Pemikiran ini muncul sebagai respon atau kebekuan pemikiran karena didalam dogmatis empirisme dan rasionalisme. Dalam sejarah Immanuel Kant mendobrak kejumudan ini dengan suara faham yang disebut dengan filsafat kritisme. Pola fikit Kant ini akhirnya di kembangkan oleh Fitche, Hege hingga Karl Marx. Makna singkat dari paragdikma kritis tranformatif dalam PMII adalah setiap kader PMII yang mengkritisi sesuatu harus di sandingkan dengan saran dan inovasi yang membangun.
Hari ini PMII komisariat Wahab Hasbullah sudah beranjak dari ruang tidurnya mendesain kerja organisasi secara profesional, sistem kaderisasi yang inklusif dengan berbasis eksakta dan non eksakta sudah menemukan titik terang, maka tugas kader PMII hari ini adalah menjaga dan merawatnya, menjadikan kaderisasi kultural tiap rayon masing-masing dengan mengedepankan kepentingan substansial bukan hanya berkutat pada sesuatu yang masih abstrak. Maka dari itu desain kaderisasi harus benar-benar menemukan identitasnya masing-masing. Ditambah lagi pola kaderisasi yang sifatnya adalah penerapan, maka ini menjadi PR bagi kader kader yang mengharuskan mempunyai talenta melalui beberapa upaya adalah membuat kelas diskusi dan praktek secara sustainable sehingga upaya kaderisasi menjadi obor penerang. Tentu ini akan memerlukan monitoring yang konsisten dari sahabat-sahabat pendamping dengan membentuk tim mentoring untuk keberlanjutan kaderisasi.

PMII tidak bisa hanya berdiri diatas menara, lepas dari akar masyarakatnya, menutup mata atas berbagai problem yang dihadapi masyarakat sekitarnya. Sebut saja. PMII tidak bisa hanya berpangku tangan berada diantara pergerakan warrga desa yang terus berinovasi, bergegas mengejar kemandiriannya. Sebagai warga pergerakan harus tetap berjuang layaknya idealisme mahasiswa tapi tak abai terhadap akar rumput pengabdian kepada masyarakat.

Bukan untuk mengejar kelas tertinggi di masyarakat atau status masyhur dalam kelas pemuda. PMII harus hadir menjadi jalan bagi banyak problem keseharian yang dihadapi masyarakat sekitarnya. Nilai Dasar Pergerakan (NDP) PMII harus berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat desa kerja-kerja kaderisasi dan gerakan PMII harus berdampak pada kebangkitan dan kejahteraan masyarakat desa.

Hari ini tidak bisa hanya berpikir untuk melahirkan alumni untuk mengisi kelas upper, dan middle saja. PMII harus mampu melahirkan kader-kader yang siap menjadi penggerak masyarakat desa, melahirkan kader yang siap menjadi calon aparatur desa yang kreatif, inovatif, serta memiliki karakter kepemimpinan yang kuat. Untuk itu, mulai hari ini, PMII harus berfikir untuk melahirkan kader penggerak desa. perempuan penggerak ekonomi desa, serta menyediakan waktu dan sumber daya untuk membantu akselerasi kebangkitan desa, dan kemandirian desa-desa seluruh nusantara. Dari sini lah upaya empowerment terasa tepat dalam pengaplikasian civil society.

Puncak dari esensi kaderisasi adalah pendistribusian dan upaya menjalin kerjasama serta jaringan yang menguntungkan dan selaras. Maka proses panjang ini tidak akan bisa dengan mudah melahirkan kader-kader yang siap terjun kembali ke masyarakat pasca menjadi alumni kalau tidak benar benar dibekali melalui rumah besar pergerakan mahasiswa Islam indonesia.




Penulis : Amirul Mirza Ghulam (Kader Rayon Tabassam)
Editor : Titis Khoiriyatus Sholihah
×
Berita Terbaru Update