Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Menjaga Arah, Merawat Nilai: Refleksi 65 Tahun PMII untuk Masa Depan Bangsa

Wednesday, April 16, 2025 | 4:56 PM WIB Last Updated 2025-04-17T04:36:43Z





Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah memasuki usia yang cukup matang untuk menakar diri: apakah ia masih relevan sebagai organisasi kaderisasi intelektual atau justru mulai kehilangan arah gerakannya. Di usianya yang ke-65 ini, PMII ditantang untuk tidak hanya melihat ke belakang, tetapi jauh lebih penting menatap masa depan. Sebab, apa yang dilakukan hari ini akan sangat menentukan wajah kader PMII di tahun-tahun mendatang.

PMII bukan organisasi biasa. Ia adalah rumah besar bagi mahasiswa yang ingin bertumbuh secara intelektual, spiritual dan sosial. Tiga pilar inilah yang sejak awal menjadi ciri khas kaderisasi PMII; akademik, spiritualitas berbasis Aswaja, dan kepedulian terhadap realitas sosial-politik. Namun kini terlihat ada kecenderungan disorientasi dalam tubuh organisasi: semangat politisasi yang tumbuh begitu kuat, sementara sisi akademik dan spiritualitas justru mulai terpinggirkan. Hal ini menjadi penyakit bagi organisasi yang harus dibenahi, bukan terlena dengan kekangan perubahan zaman yang seharusnya memudahkan namun terlena dengan keadaaan yang semakin canggih.

Dalam perjalanan sejarah gerakan mahasiswa Islam di Indonesia, Organisasi biru ini telah memainkan peran penting sebagai ruang tumbuhnya intelektual muda yang kritis, religius dan progresif. Sejak didirikan pada tahun 1960, bukan hanya menjadi wadah perjuangan mahasiswa, tetapi juga tempat pembentukan karakter pemimpin masa depan bangsa. Kini di usia yang ke-65 tahun, dihadapkan pada tantangan baru yang menuntut refleksi mendalam: apakah masih konsisten menjaga marwah kaderisasi intelektual atau justru mulai melenceng dari akar perjuangannya?

Menyongsong Masa Depan dengan Keseimbangan Nilai
Politisasi dalam organisasi kemahasiswaan seperti PMII sejatinya tidak salah. Bahkan penting. Kader perlu memahami dinamika kekuasaan, belajar membaca peta kebijakan dan terlibat aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial. Namun, politisasi yang tidak disertai dengan landasan intelektual dan spiritual akan melahirkan kader yang kering visi dan rapuh orientasi. Maka tantangan masa depan PMII bukanlah menghapus politisasi, tetapi menyeimbangkannya.

PMII harus menyiapkan masa depan kader yang kuat dalam ilmu pengetahuan. Akademik bukan sekadar formalitas kampus, tapi jalan untuk melahirkan pemikiran, gagasan dan solusi. Kader PMII masa depan harus menjadi pemimpin yang tidak hanya mampu bicara di panggung, tapi juga menulis, meneliti dan berpikir strategis. Diskusi ilmiah, kajian rutin dan budaya literasi harus kembali menjadi denyut nadi organisasi.

Selain akademik, fondasi spiritualitas berbasis Ahlussunnah wal Jama’ah adalah ruh yang menjadi  pembeda PMII dengan organisasi lain. Kader yang kuat secara spiritual tidak mudah goyah oleh godaan kekuasaan dan kepentingan. Ia menjadikan nilai-nilai Aswaja seperti _tawassuth, tawazun, tasamuh_ dan _i’tidal_ sebagai kompas moral dalam setiap langkahnya. Inilah yang membuat perjuangan PMII bukan hanya rasional, tetapi juga penuh dengan etika dan keberkahan.


Membangun Kembali Ekosistem Kaderisasi Masa Depan
Maka pertanyaan penting yang harus dijawab dalam momentum Harlah ini adalah: ke mana PMII akan melangkah di depan? Apakah kita akan terus tenggelam dalam dinamika politik pragmatis? Ataukah kita siap menata diri, memperkuat akademik dan menghidupkan spiritualitas?

Jawabannya tentu bergantung pada keseriusan kita dalam membangun ekosistem kaderisasi masa depan. PMII tidak cukup hanya membesarkan nama melalui panggung politik, tapi harus memperkuat substansi. Kita butuh lebih banyak kader yang menjadi dosen, peneliti, aktivis sosial dan penggerak masyarakat bukan hanya pemain dalam arus politik praktis.

Langkah nyatanya adalah dengan membangun kultur organisasi yang sehat: diskusi rutin yang berbobot, kaderisasi yang tidak sekadar formalitas dan ruang-ruang pembinaan spiritual yang mengakar. PMII juga harus terbuka pada kolaborasi lintas disiplin, lintas kampus, bahkan lintas negara, untuk memperluas wawasan kader dan mengasah daya saing global.

Kegiatan rutin pun perlu dilandasi dengan dasar akademik. Seharusnya diskusi dengan senior yag menjadi dosen ataupun praktisi di dunia luar itu sangat penting untuk mencetak kader yang berbobot. Bukan sekedar menenteng buku tebal untuk _flexing_ diri supaya terlihat hebat dan keren, namun otaknya kosong. 

Menjadi kader PMII jangan hanya menjadi pengikut saja atau bahkan menjadi benalu dalam tubuh organiasi. Namun jadilah kader yang menempatkan PMII sebagai ruang gerak untuk menghempaskan diri sebagai mahasiswa yang berisi dan kritis dengan realita keadaan hari ini.

PMII sebagai Pilar Masa Depan Bangsa
Indonesia ke depan memerlukan pemimpin yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bijak dan berkarakter. PMII memiliki tanggung jawab besar dalam menyiapkan kader-kader seperti itu. Kita tidak boleh puas dengan romantisme masa lalu. Kita harus menjadikan masa depan sebagai medan perjuangan baru, tempat di mana nilai-nilai PMII diuji dan diwujudkan.

Momentum Harlah ini harus menjadi panggilan perubahan: bahwa PMII tidak boleh berjalan dengan satu kaki saja. Ia harus menyeimbangkan antara idealisme dan realitas, antara gagasan dan aksi, antara politisasi dan spiritualitas. Dengan begitu, PMII akan tetap menjadi organisasi kaderisasi yang tidak hanya relevan, tapi juga visioner dan berakar kuat pada nilai-nilai Aswaja.

Kita percaya bahwa organisasi ini masih menyimpan kekuatan besar untuk melakukan perubahan. Namun perubahan tidak akan pernah terjadi jika kita terus diam di zona nyaman. PMII harus terus bergerak, tidak hanya mengikuti arus, tapi juga menciptakan arus. Hanya dengan semangat itu masa depan PMII akan menjadi masa depan yang terang: penuh gagasan, nilai dan arah yang jelas menuju Indonesia yang lebih adil dan beradab.

"Hari ini kita merayakan usia, tapi yang lebih penting: sudahkah kita merawat substansi? PMII bukan sekadar nama, tapi jalan hidup yang harus terus dirawat agar tetap bermakna.”
SELAMAT HARLAH PMII KE-65 “Generasi Hebat Penggerak Perubahan” 17 April 2025.



Penulis : Yahya Fuad
Alumni Rayon Ekonomi dan Bisnis Islam Komisariat UIN Sunan Ampel Surabaya-Master’s Student in Universiti Utara Malaysia (UUM)
Editor : Ida Maulana
×
Berita Terbaru Update