Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

PMII dan Bonus Demografi

Wednesday, July 14, 2021 | 12:16 AM WIB Last Updated 2021-07-14T07:16:09Z

Oleh: Fahrullah

PC PMII Kabupaten Bekasi 

Bidang Eksternal

Biro Hubungan Komunikasi Pemerintahan dan Analisis Kebijakan Daerah


Berbicara tentang mahasiswa tidak akan ada habisnya, entah dari sejarahnya hingga pergerakan dan peran mahasiswa di dalam maupun luar kampus. Mahasiswa yang berarti mempunyai sebuah keagungan atau kemahaan bukan menjadi siswa lagi, untuk itu seorang mahasiswa harus menjadi pembeda dengan terus mengasah kemampuan hard skill maupun soft skill, salah satunya dengan ikut berorganisasi. Sangat menarik mengenai mahasiswa dan organisasi, karena mahasiswa tanpa berorganisasi seperti sayur tanpa garam. Organisasi yang recommended untuk warga nahdliyin adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Kenapa warga nahdliyin ketika menjadi mahasiswa harus ikut Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)? PMII adalah sayap organisasi nahdlatul ulama (NU) di bidang mahasiswa sehingga sanad ke-NU-an mahasiswa tidak terputus. Mengasah kemampuan akademik, PMII menyediakan ruang-ruang mediasi intelektual sesuai dengan kualifikasi mahasiswa. Belajar di PMII tidak dibatasi Satuan Kredit Semester (SKS) tertentu. PMII juga membekali kadernya dengan materi-materi lintas keilmuan dengan tujuan untuk membangun nalar kritis (critical thinking).

Bonus demografi akan menyebabkan ketergantungan penduduk karena penduduk produktif akan menangngung penduduk nonproduktif. Sumberdaya yang berkualitas akan memberikan keuntungan bagi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi, namun sumberdaya yang tidak dipersiapkan dengan baik akan menjadi boomerang. Seperti halnya seorang pemimpin bukan hanya takdir, akan tetapi harus dipersiapkan.

Bonus demografi terjadi ketika struktur penduduk dengan jumlah usia produktif (15-64 tahun) sangat besar sedangkan proporsi penduduk usia muda sudah semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum begitu besar. Sebuah keuntungan ekonomis bagi Indonesia karena penurunan rasio ketergantungan sebagai hasil penurunan kematian bayi dan penurunan fertilitas dalam jangka panjang. Berdasarkan data Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS 2015) jumlah ketergantungan tahun 2015 adalah 49,2  yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif (15-64) menanggung beban sebanyak 49,2 usia non produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas). Hal ini akan memberikan dampak pada peningkatan kesejahteraan yag terasa hingga puluhan tahun kemudian.






Peluang dan Tantangan

Bonus demografi seperti pedang bermata dua, apabila bisa memanfaatkan peluang yang ada akan menjadi potensi. Sedangkan apabila pemerintah tidak siap dengan sumberdaya manusianya maka akan menjadi berbahaya layaknya pedang Kenshin Samurai-X batosai si pembatai akan terus-menerus memakan korban berkelanjutan.


Peluang

Peluang bonus demografi menjadi potensi yaitu terkait pemerintah Joko Widodo telah memasukkan isu bonus demografi ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Termasuk menjabarkan kerangka pelaksanaannya. Setidaknya pemerintah telah disadari dan mendapat perhatian. Tugas seorang mahasiswa yang notabene sebagai agent of social control, maka mahasiswa harus mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Salah satunya dengan terus mengontrol apa yang menjadi kebijakan pemerintah terhadap rakyat agar senantiasa berjalan seperti seharusnya, apabila ada hal-hal yang dirasa tidak memihak kepada kepentingan rakyat mahasiswa khususnya PMII harus menjadi garda terdepan untuk bersikap.

Menghadapi era bonus demografi pemerintah berupaya melakukan pemerataan pendidikan dasar bagi seluruh penduduk Indonesia dengan memberikan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) sebesar 1,3 triliun. Pendidikan dasar tersebut terutama untuk penduduk yang ada di pelosok dan kurang mampu. Lagi dan lagi peran mahasiswa khususnya PMII maupun masyarakat dalam pengontrolan terhadap dana-dana tersebut agar bisa tepat sasaran karena banyak orang yang berilmu belum tentu dia beradab. Transparansi dan kejujuran informasi publik sangat dibutuhkan oleh rakyat karena dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. 

Menurut sugiarto hanya dengan bekerja bonus demografi dapat dimanfaatkan dengan baik, tetapi apabila tidak bekerja bonus demografi tidak bermanfaat bahkan menimbulkan bahaya. Oleh karena itu, menurut Sugiarto, untuk dapat bekerja secara optimal setidaknya ada empat bidang garapan yang harus dilakukan. Bidang garapan pertama adalah melindungi penduduk yang sudah bekerja agar dapat terus bekerja. Kedua, bagaimana membuka kesempatan kerja agar angkatan kerja baru memperoleh tempat untuk bekerja. Ketiga, memfasilitasi penduduk yang bekerja terus bekerja dan memiliki produktifitas yang tinggi. Keempat, menyiapkan angkatan kerja baru agar memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja (Ristekdikti.htm diakses tanggal 28 Oktober 2017).


Tantangan

Berbicara mengenai kualitas sumberdaya manusia, maka dapat dilihat dalam Human Development Repot (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Angka IPM Indonesia pada tahun 2015 adalah 0,689 menempati rangking 113 dari 188 negara di dunia (INSHDR 2016 Indonesia Summary-final.pdf diakses tanggal 28 Oktober 2017). Hal ini menunjukkan bahwa IPM Indonesia meningkat dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2012 dimana Indonesia menempati posisi 121 dengan nilai 0,629. Berdasarkan nilai tersebut maka Indonesia termasuk dalam kelompok medium human development. Sementara di kawasan ASEAN, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada di urutan 6 dari 10 negara ASEAN yaitu Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand dan Filipina. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia menunjukkan kualitas sumber daya manusia menengah bawah artinya kualitas sumber daya manusia Indonesia belum mampu bersaing dengan sumber daya manusia Negara-negara lainnya. Sumber daya manusia merupakan investasi jangka panjang sebagai senjata utama kemajuan sebuah bangsa.

Berbicara mengenai ketenagakerjaan maka berapa banyak angka pengangguran di Indonesia. Angka pengangguran di Indonesia terbesar ketiga diantara Negaranegara ASEAN yaitu sebesar 6,2%. Angka pengangguran di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan Malaysia (3,2%) dan Singapura sebesar 2,8%. Angka pengangguran ini harus dikurangi yang berarti pula makin terbukanya lapangan kerja dan makin siapnya penduduk usia produktif untuk terserap oleh lapangan kerja yang tersedia. Penduduk usia produktif perlu memperoleh kemudahan akses pendidikan dan pelatihan. Sehingga keterampilan yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kompetensi agar mampu bersaing di dunia kerja.

Ketersediaan lapangan kerja juga dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Pada era digital sekarang ini, internet menjadi salah satu hal penting. Kebijakan yang dapat mendorong terbukanya lapangan kerja (misalnya melalui investasi) dan kemudahan membuka usaha menjadi pekerjaan rumah buat pemerintah. 

Hal yang sangat mempengaruhi masalah demografi juga terjadi karena masuknya budaya asing bagi generasi remaja yang menjadi tantangan keluarga berkualitas. Tapi hal ini dapat dikurangi dengan pendampingan keluarga pada anak. Kepala BKKBN mengajak seluruh keluarga untuk melakukan tiga hal penting, Pertama, memperkuat kembali fungsi keluarga dari segi agama, pendidikan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosial budaya, ekonomi dan lingkungan; Kedua, menata kembali manajeman keluarga dimulai dari kapan menikah, kapan punya anak, jumlah anak dan kapan berhenti melahirkan; dan Ketiga, meningkatkan kualitas penduduk dan keluarga melalui program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.


Simpulan

Bonus demografi yang dihadapi pemerintah Indonesia memiliki dua sisi, yaitu potensi dan ancaman. Mahasiswa khususnya PMII dalam hal ini karena orgaanisasi yang dihuni oleh anak-anak muda maka wajib melahirkan generasi-genersi andal, kreatif dan memiliki karya nyata. Salah satunya jiwa  enterpreneurship harus dipupuk semaksimal mungkin. Tidak hanya bisa bekerja tapi bisa menciptakan lapangan kerja baru. Menciptakan lapangan kerja baru guna menekan angka pengangguran dan kemiskinan. PMII membutuhkan kader yang kreatif dan inovatif. Bukan hanya sekedar kuantitas kader akan tetapi harus diimbangi dengan kualitas kader.


Daftar Pustaka


Flikhah, Nur, UIN Antasari Banjarmasin “Bonus Demografi Peluang dan Tantangan bagi Indonesia”, Jurnal UIN Antasari, 2017

Mukri, SG, “Menyongsong Bonus Demografi Indonesia”, Jurnal UIN Jakarta

https://www.nu.or.id/hadapi-bonus-demografi--pmii-perlu-tingkatkan-kualitas-kader

https://unisnu.ac.id/9-alasan-mengapa-mahasiswa-nu-harus-gabung-pmii

Ristekdikti.htm. Mengoptimalkan Bonus Demografi. Diakses tanggal 28 Oktober 2017

×
Berita Terbaru Update