Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Cerita Kader PMII

Sunday, October 3, 2021 | 8:06 AM WIB Last Updated 2021-10-14T11:06:48Z


Oleh : Sabil Mukhilishin 

Rayon ISIP 

Komisariat UINSA


Manusia memiliki garis jalan takdir yang bermula saat mereka lahir ke dunia hingga kematian menjemput. Lika-liku perjalanan hidup manusia sangat berwarna, tidak semua selalu senang dan tidak juga selalu sedih. Dunia perkuliahan memiliki kesan tersendiri bagi manusia, bisa dikatakan kuliah hanya dirasakan sekali seumur hidup. Susah maupun senang selali ada dalam menjalani takdir sebagai seorang mahasiswa. Memilih menjadi akademisi, organisatoris maupun menjadi aktivis adalah takdir dari manusia. Menjadi salah satunya tidak menutup kemungkinan menemukan makna hidup, baik senang maupun susah sekalipun.


Alexis Carel seorang penerima Nobel di bidang kedokteran dalam bukunya ‘Man The Unknown' mengatakan Manusia sebagai makhluk yang terlahir sebagai makhluk yang mempunyai banyak potensi dalam dirinya, baik itu potensi akal, fisik, ataupun potensi psikis (afektif/ perasaan) dan merupakan makhluk yang paling misterius yang artinya mengandung kerahasiaan yang selamanya tidak akan terbuka secara tuntas. Dalam berorganisasi, khususnya berproses di PMII, anggota maupun kader PMII pastinya mampu merekam setiap pengalaman selama berkecimpung di dalamnya, pengalaman baik atau buruk pun tentu akan terekam baik oleh otak. Sebagian kader menjadikan pengalaman-pengalaman atau proses tersebut dijadikan pembelajaran dan tak jarang pula menjadikan sebagai sebuah pembelajaran. 


Masalah tidak akan bisa dihindari bagi seluruh kader PMII, baik besar maupun kecil masalah akan selalu datang. Terkadang, masalah-masalah yang hadir memiliki hikmah tersendiri bila dihadapi, dan juga menjadi sumber motivasi bagi kader PMII. Setiap kader tentunya memiliki perbedaan dalam menyikapi masalah, namun tentulah sama dalam hal buah dari permasalahan tersebut. Bagaimana cara menyikapi, memaknai dan memetik hikmah dari masalah itu adalah bagian dari ‘makna hidup’. 


Dalam Logoterapi (bagian dari aliran psikologi eksistensial humanistik) Viktor Frankl perintis aliran tersebut menyebutkan ada tiga asas yang merupakan pandangan makna kehidupan. Pertama, bahwa hidup memiliki makna atau arti dalam situasi apa pun bahkan dalam situasi yang paling bawah sekalipun, tetap hidup memiliki makna.  Dalam hidup, makna memiliki peranan yang sangat penting. Sejak sebelum berpikir pun hidup manusia sudah memiliki makna. Dalam Ber-PMII pun terkadang kita sebagai kader mengalami situasi yang senang maupun susah, selain situasi tersebut adalah bagian dari proses pengembangan diri atau self improvement kita sebagai kader juga sebagai proses pencarian makna hidup. Dengan adanya makna, maka para kader PMII sejatinya haruslah bersungguh-sungguh dalam berproses di PMII sehingga menjadi seorang kader pergerakan bukanlah suatu hal yang dianggap sia-sia. 


Asas yang kedua adalah sejatinya setiap manusia memiliki kebebasan sendiri untuk menemukan makna hidupnya. Makna hidup dan sumber-sumbernya ditemukan dalam hidup itu sendiri. Baik saat berproses di PMII maupun di luar, kita sebagai kader memiliki kebebasan untuk menemukan makna hidupnya. Khususnya dalam aktivitas yang kita lakukan asalkan memiliki kesungguhan dalam menjalani, memiliki rasa kesenangan dalam menghadapi serta keyakinan akan harapan-harapan yang akan dicapai juga penghayatan atas iman, cinta, dan kasih. Makna hidup itu ada di dalam diri kita, baik dalam posisi sebagai kader PMII maupun sebagai mahasiswa, juga ada di sekitar kita. 


Ketiga, setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengambil sikap terhadap penderitaan dan peristiwa pilu yang tidak bisa dielakkan lagi yang menimpa diri sendiri dan lingkungan sekitar, walaupun telah berupaya secara maksimal namun tak berhasil. Maksudnya ketika manusia tidak bisa mengubah keadaan itu menjadi lebih baik. Alih-alih hanyut dalam situasi negatif, sebaiknya manusia mampu merubah sikap atas keadaan tersebut. Tentunya selalu berorientasi pada pikiran positif serta bertindak secara tepat akan menimbulkan sikap yang bijak dalam menyikapi situasi yang pilu tersebut, sehingga menimbulkan dampak positif kepada diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Tentunya ada situasi buruk yang membuat kita gagal dalam mengubahnya menjadi lebih baik, dalam artian tidak mampu. Sebagai kader PMII yang telah dibekali aswaja dan NDP sebagai arah gerak, kita perlu merubah sikap dalam menghadapi permasalahan yang pelik tersebut. 


Pada hakikatnya setiap asas di atas adalah merupakan inti dari setiap perjuangan hidup. Yakni berusaha semaksimal mungkin agar hidupnya berarti bagi dirinya sendiri dan lingkungan. Dalam hal ini kebebasan (dalam hal kebebasan bertanggungjawab) untuk mewujudkan hidup yang lebih bermakna dalam setiap aktivitas manusia. 


Hidup di dalam PMII tidak selalu menyenangkan, terkadang juga adakalanya kita menghadapi problematika yang pelik dan sukar untuk diselesaikan. Setiap problematika selalu memiliki makna dan itu harus dihadapi kita sebagai bagian dari proses, minimal di PMII problematika itulah yang menjadikan hidup kita menjadi penuh makna. Bukankah setiap kali kita selalu memekikkan slogan “sekali bendera dikibarkan, hentikan ratapan dan tangisan. Mundur satu langkah adalah sebuah bentuk pengkhianatan.” Kalimat itu bukanlah sesuatu yang tanpa makna bukan? Sejatinya saat Ber-PMII kita dihadapkan dengan suatu masalah, kita pantang untuk mengeluh, karena itulah wujud dari sikap negatif yang menghambat diri kita untuk menyelesaikan masalah, juga pantang untuk menghindari masalah tersebut. 


Jika disimpulkan, berorganisasi sama halnya proses pencarian makna hidup khususnya berproses di PMII. Dalam proses menjadi organizing commite hingga sterring commite selalu saja ada masalah, dan masalah tersebut adalah sumber bagi kita untuk mencari dan menemukan makna hidup. Dengan kata lain, PMII membantu kita untuk menemukan makna hidup dan menciptakan hidup yang lebih bermakna untuk kedepannya

×
Berita Terbaru Update